LEWAT media skype (=sejenis YM) aku sebagai HRD menyapa seorang karyawati tempatku bekerja. Dia berbaju semarak biru, kuning, merah. Kayak bendera Italia? Tapi wajahnya agak murung.
"Selamat pagi, Dik..?"
Dia agak kaget. Lalu demi melihat aku tersenyum, wajahnya ikut tersenyum. "Pagi, Pak...?"
Nah, dia mulai keliatan cerah daripada sebelumnya. Aku nggak tau apa yang ada di benaknya. Mungkin saja pagi begini apalagi Senin, membuat dia harus menekuk wajahnya. Yah hari Senin menjadi sesuatu yang berat bagi banyak orang. Kemacetan, anak di rumah rewel, suami yang buru-buru mau masuk kerja harus dilayani ekstra cepat. Belum dia sendiri.
"Anakmu, sehat?"
"Sehat, Pak?"
"Do you best, yak..." aku mencoba memompa semangatnya.
"Mudah-mudahan, Pak..."
Jawaban terakhir ini aku menyangka si karyawati ini agak berat menghadapi hari. Bukankah setiap hari adalah hari yang berat? Kita musti siap 120% untuk menakhlukkan hari-demi hari. Karena bila tidak, hari akan menggilas kita. Yah, kita musti lebih hebat, lebih kuat dari hari-hari yang bergerak setiap waktu.
Ooo...Yang Maha Memberi Hidup. Bila hari-hari begini saja terasa berat bagi si karyawati ini, yg notabene punya gaji, punya suami, punya anak. Bagaimana mengahadapi hari bagi ibu-ibu tua di kampung di pinggiran Indonesia yang lain yang tanpa penghasilan, pensiunan yang minim, dan jauh dari anaknya.
Waktu aku makan mie rebus tadi pagi, ada ibu-ibu tua minum es kelapa muda meminta-minta di depan warung. Duh.. andaikata dia IBUKU. Berdosalah aku ya, ALLAH.
Komentar
Posting Komentar
Kalo Anda pengen diskusi lebih komprehensip, kirim ke email ini : sismulyanto@gmail.com