Langsung ke konten utama

GUS DUR, CAK IMIN, ABAH DAN SLAMET

SAYA lagi suka berpikir tentang Gus Dur dan Cak Imin. Sebutan Gus di depan nama Dur berarti 'bagus', sebuah sebutan penghormatan untuk orang terhormat jaman dulu. Beruntung Gus Dur masih dipanggil Gus juga sampai saat ini. Di ranah orang penting kita di Indonesia, sebutan Gus mengingatkan kita pada sosok Gus Mus (KH.Mustofa Bisri), Gus Iful (Syaifullah Yusup) dan yang legendaris dari Belanda, Guus Hiddink. Hahaha...

Sementara Cak Imin, disebut Cak adalah panggilan kehormatan sebagian warga jawa timur khususnya wilayah Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Jombang, pada tokoh yang "agak" dituakan. Walaupun faktanya umurnya masih muda. Cak berasal dari kata cacak yang berarti kak atau mas.

Kenapa Gus Dur dan Cak Imin nggak akur?

Saya senang merunut nasehat Cak Nun (Emha Ainun Nadjib), tentang Gus Dur. Kata Emha, "Sampeyan nggak usah terlalu serius dengan Gus Dur. Rileks aja. Wong ketoprakan kok diseriusin...!

Hehehe...

Abah saya, Drs.KH. Ibrahim Hasani pengagum Gus Dur pol. Saya memihak Cak Imin yang segeran dikit. Unggah-ungguh masih saya pegang, apalagi kalo abah saya lagi ke Jakarta. Saya nggak ngajak abah ngobrol Gus Dur tapi ngobrol yang ringan-ringan aja. Karena kalo ngobrol Gus Dur, porsi Cak Imin nggak ada. Yo wis aku ngewangi Cak Imin, masio dalam hati.

Di tivi tanggal 19 Agustus 2008 malem, terdengar kabar massa PKB Gus Dur nongkrong di KPU. Bangsa kita barangkali sudah bosan melihat aksi seperti itu. Saya nggak tau Cak Imin apa sudah daftarin caleg-nya ke KPU. Belum sempat kebosanan saya memuncak, kepikir saya tentang Cak Nun.

Dia mungkin lagi sibuk ngurusi pengungsi lapindo, yang membutuhkan stamina panjang. Cak Nun mungkin lebih gerah melihat massa tertentu memaksakan kehendaknya. Baikan bantuin rakyat sing suedih, rek. begitu, pikirnya.

Lha aku mo ngapain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta yang mudik saja, prediksi total 4 juta saja dg asumsi mo

MENSIKAPI DATANGNYA MASA TUA

Setelah solat subuh di Mejid Al-Muqarrabin, pagi ini, 3 Muharam 1432 H atau 9 Desember 2010, saya buru-buru pulang. Apa pasal? Saya pengen buru-buru nulis di blog ini mumpung ingatan saya tentang materi kultum yang saya bawakan masih anget bin kebul-kebul. Heee..... Begitulah Pembaca Yang Budiman, saya barusan share pengetahuan dengan ngasih kultum di mesjid kali ketiga atau dalam 3 bulan terakhir ini. Seperti biasa materi saya kumpulin dari internet, Quran, beberapa hadist dan beberapa riwayat. Kebiasaan juga masih, saya mempersiapkannya jam 21.00 ampek 23.30 wib, terus siapin hape dengan irama alarm, biar nggak kelewat. Bahaya, kan? Inilah kira-kira isi ceramah itu: Assalamuaalaikum warrah matullahi wabaraktuh. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِهَدُ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. &q