Langsung ke konten utama

KENANGAN LALU


MELIHAT gambar diatas membangkitkan kenangan masa lalu, waktu saya kecil. Masa kecil semua orang pasti indah. Maunya main mulu, nggak pagi, siang, sore, malam, main aja judulnya. Susahnya cumak satu, kalo dimarah ama bapak ato ibuk.


Itu saja.


Kamis, sore, 13 Oktober 2011, saya datang pada walimatul ursyi, Suryana, salah satu karyawan pabrik Cibinong.

Perkawinannya sederhana, dengan lantunan musik-musik islami, tamu hilir-mudik bergantian masuk menyalami pengantin. Sambil menikmati hidangan, saya beramah-tamah dengan tamu disamping.

Ternyata beliau paman dari mempelai wanita.


Kami bicara soal, banjir, kekeringan sampai mempelai wanita yg sudah tak ada orangtuanya lagi. Subhanallah.


Saya menyukai perkawinan dengan cara sederhana, yang penting Allah ridho atas pernikahan itu. Bukan pesta yang meriah yang paling penting, namun bagaimana the day after alias pasca pernikahan itu. Bagaimana mengatasi perbedaan, bagaimana menerima kekurangan, dan bagaimana menyelesaikan kesulitan yang muncul di setiap masa.


Di sela-sela perjamuan itu, saya tertarik untuk mengabadikan poto anak laki-laki kecil di depan saya yang tampak asyik memainkan hape ibunya. Umur anak ini kira-kira 5 tahun. Pikiran saya melayang ke 37 tahun lampau saat saya seusia dia. Apa yang sedang dia pikirkan?


Sama dengan saya, barangkali, kita hanya ikut ibu atau bapak kita. Perkara lain, itu diluar pikiran kita.


Saya inget waktu itu kami tinggal di Blitar (kami tinggal di asrama Kompi Ban, Jalan Tanjung, sekarang jadi STIE) saya diajak menghadiri pernikahan adiknya Pak Sugianto (tentara, teman Bapak) di daerah Lodaya. Kami orang komplek naik ges (sejenis jip tentara, yang pake slenger untuk menghidupkan mesinya). Kami lewati jalan yang berkelok-kelok, bergunung akhirnya sampai.


Waktu pulangnya, ibu cerita, saya nggak mau naik ges jelek itu lagi (di tengah jalan, kami kehujanan, dan air masuk). Saya maunya naik jip yang ada "benderanya".

"Itu punya, komandan...." kata Ibu.

Saya nggak mau tahu, tetep nggak mau pulang kalo naik ges. Benar saja, Komandan dan istrinya berbaik hati ajak saya naik. Ya, Allah, nyusahin Ibu betul saya waktu itu. Inget itu saya menangis diam-diam. Betapa, berdosanya saya pada Ibu. Bagaimana segan, takut dan tidak nyamannya hati Ibu menghadapi anaknya yg pengen naik mobil enak.


Kisah ini saya tulis, sehari, setelah pernikahan Suryana. Dan saya masih mengingat kenangan lalu saya lewat poto anak laki-laki kecil yg duduk di depan saya itu.

Duh, bahagianya menjadi anak kecil, masih punya bapak dan ibuk yang menyayangi kita setiap saat.


Duhai Ibu, sudah kukirimkan 7 pesona surat-surat Al-Quran : Ya-Sinn, Al Mulk (kesukaanmu), Al-Waqiah, Ar-Rahman (yg kubaca dengan cinta yg penuh), Aj-Jinn, Al-Mujjamil, Al-Fajr, padamu dan pada ayah.


Semoga engkau bergembira di alam damaimu. Dari anakmu, pecinta Rasulnya, dan berusaha menjadi mahluk soleh dari Pemilik Kesolehan alam raya ini.

Komentar

Posting Komentar

Kalo Anda pengen diskusi lebih komprehensip, kirim ke email ini : sismulyanto@gmail.com

Postingan populer dari blog ini

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta yang mudik saja, prediksi total 4 juta saja dg asumsi mo

MENSIKAPI DATANGNYA MASA TUA

Setelah solat subuh di Mejid Al-Muqarrabin, pagi ini, 3 Muharam 1432 H atau 9 Desember 2010, saya buru-buru pulang. Apa pasal? Saya pengen buru-buru nulis di blog ini mumpung ingatan saya tentang materi kultum yang saya bawakan masih anget bin kebul-kebul. Heee..... Begitulah Pembaca Yang Budiman, saya barusan share pengetahuan dengan ngasih kultum di mesjid kali ketiga atau dalam 3 bulan terakhir ini. Seperti biasa materi saya kumpulin dari internet, Quran, beberapa hadist dan beberapa riwayat. Kebiasaan juga masih, saya mempersiapkannya jam 21.00 ampek 23.30 wib, terus siapin hape dengan irama alarm, biar nggak kelewat. Bahaya, kan? Inilah kira-kira isi ceramah itu: Assalamuaalaikum warrah matullahi wabaraktuh. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِهَدُ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. &q