Langsung ke konten utama

SYUKUR

Banyak cara dilakukan orang untuk bersyukur. Pergi bekerja dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim dan pulang dari kantor pun berucap Alhamdulillah, bisa dilbiang bersyukur.

Dulu waktu masih jadi karyawan Matahari Dept. Store JP2, sebagai supervisor yang boleh dibilang "kritis", banyak pramuniaga ngajak saya protes ke manajemen agar beberapa hak karyawan disetujui. Saya menolak bergabung. Alasannya: bagi saya kalo gaji kurang, nggak usah demo ke yang punya perusahaan. Apalagi memprovokasi teman. Bagi saya, demo bagusnya ke Allah: kenapa kita dapet sedikit. Padahal yang dilakukan banyak.

Itu yang membedakan saya dengan banyak pendemo. Saya dianggap "gendheng". Hehehe....

Iya dong. Kan yang punya rejeki Allah, bukan James T. Riyadi. Dia kan kebagian mbagi aja, so nggak lucu kita protes ke manusia, langsung aja demo ke yang bikin manusia. Dia Maha Adil, Dia Maha Bijaksana juga Maha Bijaksini.

Tadi temen saya Pak Azwir cerita, kalo dia hari minggu suka ngajak anak-anak kecil di kompleknya jalan-jalan ke sawah, main bola, berkemah dan diakhiri dengan makan mie rebus dan minum teh botolan. Saya percaya Pak Azwir ini orang yang walau katanya sholat nya bolong-bolong kayak sundelbolong, hehehe...tapi urusan sodakoh, dekne paling seneng. Apalagi ke anak kecil. Dia cerita kalo dengan caranya itu Allah hampir tak membuat kesempitan dalam hidupnya. Walau duit di kantong nggak banyak tapi hampir nggak ada juga yang ngutik, entah anak sakit, tetangga reseh atau apapun di "jalan" kehidupannya.

Saya menganggapnya itu adalah tanda orang bersyukur.

Saya hanya bisa memahami syukur itu sebagai bahagia dan puas dengan apa yang diberikan Allah pada kita. Dapet gaji 500 ribu sebulan syukur. Lalu bila kita kerja dapat lagi yang agak gedean dikit 700 ribu sebulan, ya syukur lagi. Ojo ngamuk gak sesuai UMR DKI!

Wong Allah maunya kita dapet cuma 700 ribu kok ngamuk. Jangan-jangan kalo kita sudah dapat gaji 2 juta sebulan, mulut kita masih minta lagi: biar Allah nambah jadi 10 juta sebulan. Dasar manusia!

Emang untuk apa sih banyak gaji? Mau beli rumah, mobil, kontrakan 100 pintu, istri 4 biji dan anak sak ndayak?

Eleh-eleh...

Dengan bersyukur Allah girang karena hambanya senang dengan berapapun rupiah yang Ia berikan. Jangan mo ngatur Allah, apalagi maksa. Iso-iso numplek wakulmu...

Jadi kalo anda masih kekurangan harta, lihatlah apakah anda sudah bersyukur? Karena kalo anda lupa bersyukur, biasanya anda akan hidup dalam kekurangan mulu!

Sama. Seperti yang sedang dialami bangsa kita ini semua merasa serba kekurangan, karena mindset-nya gembel. Harusnya biar kita miskin, seperti yang dicontohkan Kanjeng Nabi, bersikaplah seolah-olah kaya: banyak sodakoh, lancarkan hajat hidup orang, dan bebaskan jiwamu dari kekerdilan, kekurangan dan jadilah pribadi yang melimpah, suka menolong orang, berkorban tanpa komitmen apapun pada manusia. Hanya pada Allah. Yah hanya Allah tujuan kita.

Bagaimana dengan Anda, Bos?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. ...

SAKIT TENGGOROKAN

BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM. Biasalah pembaca yg budiman, namanya orang puasa, apa aja yg keliatan enak, pasti disantap, apalagi menjelang berbuka. Itulah petaka bagi saya. Sabtu sore, 6 Agustus 2011 saya beli es degan kesukaan saya. Begitu nyampe rumah pas menjelang adzan magrib, langsung saya tenggak tuh minuman. Setelah nyamber beberapa kue dan buah dingin, saya samber juga teh panas buatan mertua (kebetulan mertua udah nyiapin). Awalnya asyik-asyik aja. Namun besoknya tenggorokan ada yang nggak beres. Cilakanya, saya kadung menyetujui untuk memberi kultum solat subuh di Mesjid Al-Muqarrabin, besok pagi. Duh. Gawat! Bisa nggak lancar acara silaturahmi ilmu besok. Buru-buru, saya kunjungi salah satu apotik deket rumah saya, letak apotik ini di jalan tembus perumahan saya dengan jalan RTM Kelapa Dua Depok. Yang menerima saya mbak-mbak agak gemuk tapi manis. Hihihi..... Mbak....saya lagi radang tenggorokan. Apa obat untuk saya ya? Kata saya bergaya upin-ipin. Si Mbak in...

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta ya...