Langsung ke konten utama

MEDAN

ADA seorang teman cerita, kalo ke Medan naik bis. lalu kita tak tahu udah sampe atao belum. Ngetesnya cuman keluarin tangan kita. kalo arloji ditangan kita raib, berarti sudah sampe Medan. Agak serem kedengarannya. Tapi perjalanan muhibah atas biaya dinas ini jauh dari cerita diatas. Saya pergi dari Jakarta tujuan Medan pake maskapai termurah di Indonesia Lion Air. Pesawat Airbus 737-900 ini mampu mengangkut sekitar 250 penumpang sekaligus tanpa merasa keberatan. Padahal di lambung pesawat masih dijejali dengan air cargo paling tidak lebih dari 2 ton.

2 jam di perjalanan tampak Medan indah dari udara. Kami landing pukul 15.30 wib dengan mulus. Walau para sopir taksi tampak hampir mirip dengan bandara Soetta, saya pake taksi bandara dengan tarif di tiket (nggak pake argo) Rp 45.000 tujuan carefour atau Medan Fair. Tau kalo tujuan agak jauh lagi. Sopirnya agak kasar ngganti gigi 1 ke gigi 2. Tapi over all sampailah kami di Medan Fair.

Yang agak mengejutkan adalah di lantai 5 yg juga dihuni oleh Carefour ini ada space yg cukup luas untuk masjid. Saya teringat di Jatinegara Plaza 2 Jaktim, lantai dasar ada juga space luas untuk masjid, tapi agak jarang yg seperti di Medan ini.

Denger-denger itu hasil perjuangan orang Aceh agar disediakan mesjid di Plaza Medan Fair. Subhanallah. Asyik juga kami kalo tiba waktu berbuka kemudian sholat Magrib. Ada acara berbuka puasa yang dananya dari uang titipan sandal dan sepatu lalu dijadikan kue untuk berbuka. Banyak sekali jamaah yg bergabung. Kerasa bener beruntungnya menjadi seorang Muslim.

Hari ketiga di Medan, mulai saya kangen ama istri. Manusiawi donk-ya nggak? Tapi kami sering berpisah karena pekerjaan. So Allah yang akan menjaganya dan menjaga saya juga.

Lalu lintas di Medan tentu lebih longgar di banding Jakarta. Saya tinggal di PWS (Pier Warga Siunda) selama di Medan. Sempat ngebut 3 jus baca Qur'an namun setelah itu cape nggak ketulungan. Kerjaku 12 jam sehari seminggu. Agak ketat dan naif tapi okelah.

Saya pikir di Medan saya akan ketemu wajah persegi pol 100%, ternyata salah! Banyak wajah-wajah ganteng dan manis seperti Jakarta. Mulai wajah orang Lampung, Nias, Jawa, Batak, India, Arab, Padang dll-dah. Orang batak sendiri banyak tinggal di Sibolga, Samosir dan lain-lain. Melayu lebih banyak di Medan. Muslim ternyata bejibun di kota Medan, serasa di Jakarta deh. Karena padatnya pekerjaan saya belum bisa menikmatii mie Aceh, indahnya Istana Maimun dan keelokan Toba.

Di Medan saya berpikir, kenapa Allah mengantarkan saya ke kesini? Kebetulankah atau ada hikmah terpendam. Ya Allah, ada kenikmatan mata melihat salah satu kota besarMU di Medan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. ...

SAKIT TENGGOROKAN

BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM. Biasalah pembaca yg budiman, namanya orang puasa, apa aja yg keliatan enak, pasti disantap, apalagi menjelang berbuka. Itulah petaka bagi saya. Sabtu sore, 6 Agustus 2011 saya beli es degan kesukaan saya. Begitu nyampe rumah pas menjelang adzan magrib, langsung saya tenggak tuh minuman. Setelah nyamber beberapa kue dan buah dingin, saya samber juga teh panas buatan mertua (kebetulan mertua udah nyiapin). Awalnya asyik-asyik aja. Namun besoknya tenggorokan ada yang nggak beres. Cilakanya, saya kadung menyetujui untuk memberi kultum solat subuh di Mesjid Al-Muqarrabin, besok pagi. Duh. Gawat! Bisa nggak lancar acara silaturahmi ilmu besok. Buru-buru, saya kunjungi salah satu apotik deket rumah saya, letak apotik ini di jalan tembus perumahan saya dengan jalan RTM Kelapa Dua Depok. Yang menerima saya mbak-mbak agak gemuk tapi manis. Hihihi..... Mbak....saya lagi radang tenggorokan. Apa obat untuk saya ya? Kata saya bergaya upin-ipin. Si Mbak in...

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta ya...