Langsung ke konten utama

PATUH ITU DASYAT




DULU orang yang hidupnya patuh itu bisa jadi jendral. Mengapa? Itu ganjaran buat orang yang mau bersabar menunggu kemuliaan datang. Dari ribuan perwira hanya akan muncul puluhan jendral. dan dari puluhan jendral hanya 1 yang jadi Pangab (panglima abri).

Anda tentu masih ingat waktu SD. Banyak anak patuh biasanya pintar, dan jadi ketua kelas. Anak bandel, keset, dan susah diatur, biasanya tidak naik kelas. Atau jadi penguasa kelas, karena nggak naik-naik.

Sekarang, kalau anda sedang bermotor di jalan : lihatlah mana yang patuh dan tidak. Pada orang patuh, kita ikut dibelakangnya dengan perasaan aman. Dia ng-rem, kita ikut ng-rem karena lampu rem dia nyala. Pada orang nggak patuh, sudah lampu rem nggak nyala, mendadak nge-rem, dan paling apes kalau mendadak dia memotong. Dan kita mau nyalip.

Bangsa kita memang lagi apes, abis reformasi kepatuhan pada aturan mendekati titik nadir. Nggak jelas kenapa? Mungkin sebagian berpikir ngapain patuh apalagi tertib, kalo tertib malah rugi dan kalau patuh malah tinggal kelas. Anda masih inget bagaimana mahasiswa patuh, nggak pakai nyontek kalo ujian, malah nggak lulus. Sementara yang asal selamat, kong-kalikong dengan engkong, malah lulus!

Allah lagi memberi ujian bagi mereka yang patuh.

Allah juga lagi memberi ujian bagi bangsa ini agar tahu rasanya patuh dan tahu pula akibatnya kalo nggak patuh berjamaah. Lihatlah akibat dari tidak patuh. Jakarta tiap abis lebaran nangkepin pendatang liar, tanpa KTP dan pekerjaan. Sementara pendatang dari luar pulau bahkan luar negeri terus berdatangan. Pemerintah kehilangan akal menyetop datangnya arus masuk penduduk karena mereka berpikir Jakarta terus yang harus dibangun sedang luar daerah apalagi luar pulau, entar dulu. Ya udah. Orang luar Jakarta pasti nggak mau ketinggalan ikut pembangunan Jakarta, datanglah menyerbu Jakarta.

Sebagai Ibukota Negara, Jakarta muskil dipindah. Lha kenapa nggak bikin kota Jakarta yang baru. Mau di Jonggol kek, mau di Cilacap kek, yang penting mulai ada arah yang jelas buat menata wilayah secara nasional. Misalnya industri perfilm-an dilarang shooting di Jakarta atau malah kantor film-nya hrs di luar Jakarta. Akibat turunannya adalah puluhan audisi mencari bintang pun akan dilakukan di luar Jakarta. Berapa ribu pekerja film ikut pula tetap berada di luar Jakarta.

Terus pembangunan kawasan industri baru di Jakarta harus di stop. Buatlah kawasan industri di Subang, Indramayu atau Majalengka. Jalur laut harus dipikirkan dan mulai dibuat rencana pembangunan pelabuhan samudra yang friendly dengan bongkar muat kontainer misalnya di Cirebon. Bukan di Priok, Mas.

Ah, masalah patuh jadi kemana-mana.

Saat ini, minggu-minggu ini, bulan-bulan ini, saya lagi patuh untuk tidak mengkritik sahabat saya, anak buah saya, dan atasan saya yang kalo tiba Magrib: tidak sholat. Mengapa mereka tidak patuh pada panggilanMu ya, Rab?

Tidakkah Engkau sudah beri mereka kelebihan harta, kelebihan jabatan, kelebihan martabat dan kelebihan kuasa atas kami yang lain, Ya Karim...

Tidakkah mereka tahu apa artinya memenuhi panggilanMu yang lebih penting dari meeting, yang lebih penting dari omset, yang lebih penting dari ngurus dunia.

Ya Allah jadikanlah negeri kami, negeri yang Engkau berkahi. Negeri yang Engkau jadikan negri yang penuh kedamaian. Jadikanlah penduduknya patuh, bukan hanya untuk urusan dunia mereka tapi juga terlebih patuh memenuhi panggilanMu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta yang mudik saja, prediksi total 4 juta saja dg asumsi mo

MENSIKAPI DATANGNYA MASA TUA

Setelah solat subuh di Mejid Al-Muqarrabin, pagi ini, 3 Muharam 1432 H atau 9 Desember 2010, saya buru-buru pulang. Apa pasal? Saya pengen buru-buru nulis di blog ini mumpung ingatan saya tentang materi kultum yang saya bawakan masih anget bin kebul-kebul. Heee..... Begitulah Pembaca Yang Budiman, saya barusan share pengetahuan dengan ngasih kultum di mesjid kali ketiga atau dalam 3 bulan terakhir ini. Seperti biasa materi saya kumpulin dari internet, Quran, beberapa hadist dan beberapa riwayat. Kebiasaan juga masih, saya mempersiapkannya jam 21.00 ampek 23.30 wib, terus siapin hape dengan irama alarm, biar nggak kelewat. Bahaya, kan? Inilah kira-kira isi ceramah itu: Assalamuaalaikum warrah matullahi wabaraktuh. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِهَدُ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. &q