Langsung ke konten utama

JALAN SUNYI

LIFE begins fourthy. Hidup dimulai dari umur 40. Pas benar jalan sunyi yang dipilih oleh Gede Prama yang kita kenal sebagai Sang Penutur Kejernihan. Hidup yang hiruk pikuk membuat dia berkompromi dengan keadaan, pergilah ia ke Tajun, sebuah desa di Bali Utara. Jangan tanya saya, bagaimana repot dan perang batin yang dihadapi Gede saat berencana akan pindah dari metropolitan Jakarta ke desa kecil.

Kemapanan kadang menyilaukan istri dan anak-anak kita. Mereka adalah penumpang di biduk kehidupan kita. Tapi warna hidup yang kita pilih banyak dipengaruhi oleh kompromi dengan mereka. Jalan kompromi kadang bukan jalan ideal tapi harus ditempuh. Ini yang membuat kehidupan laki-laki menjadi lebih beradab. Lebih manusiawi.

Saya mulai mengerti mengapa dulu para kiai mendirikan pesantren di pelosok desa, bahkan di tepi gunung. Barangkali jalan sunyi juga yang ditempuh sehingga metode pengajaran yang diberikan para kiai kepada para santrinya lebih jernih, dan membumi. Terbayang bagaimana mudahnya transfer ilmu di saat pikiran jernih. Pemberi ilmu berpikiran jernih dan yang diberi ilmu berpikiran serupa. Dalam kejernihan setanpun jauh dari kita. Dalam salah satu hadist disebutkan Dalam ketergesa-gesaan, ada setan di dalamnya........

Kalau anda tengah mudik atau jalan di tempat sunyi, apa yang terbayang dalam pikiran anda? Saya pernah mengalami pengalaman serupa. Hati dan pikiran kita menyatu, ada sedikit ketakutan, tapi kita yakin Allah yang melindungi kita, ketika jalan di jalan sunyi.

Di kehidupan kita yang sunyi, ada hasrat untuk memberi, berpartisipasi dalam kelompok yang membutuhkan kita dan selalu ada energi untuk berbagi. Jalan sunyi pasti bukan jalan orang banyak. Jalan sunyi adalah escapisme jiwa yang ingin keluar dari rutinitas, keajegan, yang tak tahu lagi kapan siang dan kapan malam.

Dulu para pendita (yang sudah lanjut usia) pasca menjadi raja mereka mencari kejernihan hati dengan menempuh perjalanan sunyi. Banyak juga tercatat para pencari kesunyian seperti Sunan kalijogo waktu muda, Nabi Muhammad pun sangat sering mencari jalan sunyi bahkan sebelum beliau berumur 40 tahun. Muda bukan? Yah usia tua-muda bukan ukuran baku, tapi jiwa. Jiwa yang terus mencari, mencari, dan mencari sesuatu.

Umur saya 40, pernah saya ngajak istri saya untuk berencana kembali ke desa, setelah 12 tahun di kota.

Apa dia bilang; pah, mama masih suka di Jakarta. !!??

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta yang mudik saja, prediksi total 4 juta saja dg asumsi mo

MENSIKAPI DATANGNYA MASA TUA

Setelah solat subuh di Mejid Al-Muqarrabin, pagi ini, 3 Muharam 1432 H atau 9 Desember 2010, saya buru-buru pulang. Apa pasal? Saya pengen buru-buru nulis di blog ini mumpung ingatan saya tentang materi kultum yang saya bawakan masih anget bin kebul-kebul. Heee..... Begitulah Pembaca Yang Budiman, saya barusan share pengetahuan dengan ngasih kultum di mesjid kali ketiga atau dalam 3 bulan terakhir ini. Seperti biasa materi saya kumpulin dari internet, Quran, beberapa hadist dan beberapa riwayat. Kebiasaan juga masih, saya mempersiapkannya jam 21.00 ampek 23.30 wib, terus siapin hape dengan irama alarm, biar nggak kelewat. Bahaya, kan? Inilah kira-kira isi ceramah itu: Assalamuaalaikum warrah matullahi wabaraktuh. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِهَدُ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. &q