BELANJA. Pokoknya belanja, titik. Itulah ritual tahunan bangsa Indonesia mendekati Hari-H Lebaran. Gambar diatas diambil sekitar tgl 19 September 2008 di Plaza Medan Fair Medan, Sumatera Utara malam hari. Terlihat kerumunan orang belanja.
Di Jakarta apalagi. Termasuk di kota-kota kecil di seluruh penjuru tanah air. Semua mall atau pusat perbelanjaan kota kecil atawa besar sedang giat memanjakan konsumen untuk berbelanja. Tua muda, laki-bini, kecil besar semua tumplek blek belanja. Apa aja yang dijual pedagang diserbu pembeli. Target sales semua pedagang tampaknya akan tercapai memasuki bulan ramadhan ini.
Agak berbeda dengan saya. saya belum 'belanja' apapun itu. Alasannya sederhana, saya nggak butuh barang baru! baju masih banyak, celana masih antre untuk saya pake. Jadi ngapain belanja. Istri kemaren cerita kalo dia di Jakarta juga lagi tutup rapet dompet agar tidak belanja. Untuk tambahan naik haji, pah, begitu timpalnya.
Ya udah, selamat malam bapak-ibu pedagang!!! Untung nggak banyak orang kayak kami. Para pedagang bisa 'cumi' alias cuma mingkem! Hehehe...
Keramaian juga mulai bergeser dari mesjid-mesjid ke mall-mall. Lihatlahlah ibu-ibu dan remaja putri kita, 70-80 persen mall-mall di penuhi mereka. Para bapak dan cowok agak sedikit jumlahnya. Mungkin para bapak merasakan susahnya cari uang, jadi nggak tega ngeluarinnya. Beda dengan ibu ya? Pertama, mungkin nggak nyari jadi lebih mudah ngeluarinnya. Nggak pake feeling lagi! Hik..hik...Kedua, kalo juga ikut nyari maka itu duit seratus persen milik dia, suami nggak ikut minta.
Hasil akhir dari paniknya mbak-mbak belanja jelas ; tujuan THR jadi nggak produktip alias habis dalam beberapa kunjungan ke mall. Kedua, ibadah ramadhan jadi berantakan dikalahkan nyari baju di mall.
Duhai, ibu dan mbak-mbak...gimana dengan iktikaf-nya kalao pergi ke mall lebih bikin capek dari pergi ke malam-malam ganjil menyongsong lailatul khodar..., duhai bapak-bapak; masih tegakah dengan rengekan putra-putri untuk bersenang-senang di mall sementara tadarus jadi kesadaran sesaat, dan iktikaf jadi legenda.
Lalu bagaimana dengan mas-mas dan mbak-mbak yang nggak punya dan belum dapat THR. Idiiih! Semoga hati mereka dikuatkan Allah untuk tidak punya keinginan, toh setelah lebaran berlalu yang tersisa tinggal baju baru yang numpuk dan kantong yang jebol. Kerja lagi, kerja lagi. Subhanallah.
Dan bagi mas-mas, mbak-mbak, ibu-ibu dan bapak-bapak yang masih konsisten dengan keyakinan bahwa pertolongan Allah bagi mereka yang sabar dengan penuh ketaatan dan kesungguhan dalam malam-malam yang penuh berkah melakukan doa, iktikaf dan beribadah total; kepada mereka saya sampaikan selamat. dari merekalah mengalir keberkahan dan keteduhan bagi bumi dan langit yang bersama dalam tawaf berseru memuja keagungan Allah.
Kepada kafilah-kafilah pencari Tuhan, awali, isilah dan akhiri bulan penuh berkah ramadhan ini dengan kesucian doa. Karena merekalah Allah menunda bencana dan karena merekalah pula bumi masih tawaf mengelilingi Allah sampai saat ini.
Komentar
Posting Komentar
Kalo Anda pengen diskusi lebih komprehensip, kirim ke email ini : sismulyanto@gmail.com