Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2008

PATUH ITU DASYAT

DULU orang yang hidupnya patuh itu bisa jadi jendral. Mengapa? Itu ganjaran buat orang yang mau bersabar menunggu kemuliaan datang. Dari ribuan perwira hanya akan muncul puluhan jendral. dan dari puluhan jendral hanya 1 yang jadi Pangab (panglima abri). Anda tentu masih ingat waktu SD. Banyak anak patuh biasanya pintar, dan jadi ketua kelas. Anak bandel, keset , dan susah diatur, biasanya tidak naik kelas. Atau jadi penguasa kelas, karena nggak naik-naik. Sekarang, kalau anda sedang bermotor di jalan : lihatlah mana yang patuh dan tidak. Pada orang patuh, kita ikut dibelakangnya dengan perasaan aman. Dia ng-rem, kita ikut ng-rem karena lampu rem dia nyala. Pada orang nggak patuh, sudah lampu rem nggak nyala, mendadak nge-rem, dan paling apes kalau mendadak dia memotong. Dan kita mau nyalip . Bangsa kita memang lagi apes, abis reformasi kepatuhan pada aturan mendekati titik nadir. Nggak jelas kenapa? Mungkin sebagian berpikir ngapain patuh apalagi tertib, kalo tertib malah

LAKI-LAKI & KEHORMATANNYA

MAAP kali ini saya ingin bicara tentang laki-laki. Yak, mirip acara TV Nasional Men's Corner. Dunia ini memang dihiasi oleh wanita tapi jelas dibangun oleh laki-laki. Peradaban lama hancur muncul setelahnya peradaban baru. Siapa yang ngancurin? Laki-laki. Siapa pula yang bangun kembali? jawabnya: laki-laki. So,keperkasaan laki-laki nggak sampe disitu. Borobudur konon dibangun lewat tangan ribuan laki-laki tanpa alas kaki apalagi safety helmet . Yerusalem hangus, yg menghangusin ya pasukan Sultan Saladdin saat berhadapan dalam Perang Salib. Masih banyak cerita tentang keheroikan laki-laki. Laki-laki ngumpul dengan laki-laki, apa yang dibicarain? Kerja, hobi atau wanita. Bagi laki-laki hidup seperti lautan yang harus disampani buihnya, harus dilayari ombaknya dan wajib dipancingi ikannya. Hidup laksana beradu cepat dengan waktu. 60 tahun bisa jadi sebentar bila dalam hiruk pikuk hidupnya, laki-laki banyak urusan. Mulai perut sampai dibawah perut. Saya saat umur 20-an

IBU

KITA SEMUA pasti punya Ibu. Banyak cerita anaknya tentang ibu. Kali ini saya juga ingin bicara tentang ibu. Ibu saya seminggu ini mengunjungi saya, anaknya. Dari kampung ibu naik mobil bareng tetangga-tetangganya yang jual nasi di dekat Pasar Gembong Balaraja, Banten. Singkat cerita ibu saya jemput, dan saya bawa ke rumah saya di Cimanggis DEPOK. Kunjungan ibu ini adalah kali ketiga beliau ke rumah saya. Karena saya kerjanya full dari senin sampai sabtu, baru hari minggu saja saya bisa bawa ibu, bareng istri, jalan-jalan. Lokasi pertama kunjungan ke Mesjid Kubah Emas Cinere DEPOK. Di sepanjang perjalanan kami berkisah tentang hal-hal yang menyenagkan hati beliau. Tak terasa sudah sampai di pintu masuk Mesjid. Jarak 15 km dari Cimanggis tak membuat kami capek, namun demi membuat fresh, rombongan kami istirahat dulu di pavilyun sebelah Mesjid. Karena hari Minggu, pengunjungnya banyak, bis-bis datang dari Cianjur, Sukabumi, bahkan dari Surabaya. Cerita tentang kubah "ema

SYUKUR

Banyak cara dilakukan orang untuk bersyukur. Pergi bekerja dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim dan pulang dari kantor pun berucap Alhamdulillah, bisa dilbiang bersyukur. Dulu waktu masih jadi karyawan Matahari Dept. Store JP2, sebagai supervisor yang boleh dibilang "kritis", banyak pramuniaga ngajak saya protes ke manajemen agar beberapa hak karyawan disetujui. Saya menolak bergabung. Alasannya: bagi saya kalo gaji kurang, nggak usah demo ke yang punya perusahaan. Apalagi memprovokasi teman. Bagi saya, demo bagusnya ke Allah: kenapa kita dapet sedikit. Padahal yang dilakukan banyak. Itu yang membedakan saya dengan banyak pendemo. Saya dianggap "gendheng". Hehehe.... Iya dong. Kan yang punya rejeki Allah, bukan James T. Riyadi. Dia kan kebagian mbagi aja, so nggak lucu kita protes ke manusia, langsung aja demo ke yang bikin manusia. Dia Maha Adil, Dia Maha Bijaksana juga Maha Bijaksini. Tadi temen saya Pak Azwir cerita, kalo dia hari minggu suka ngajak

BUANG STRESS ATAU BERBAGI

SAYA biasanya pengen nulis kalo memang pengen. Nggak pengen, ya nggak nulis. Karena kalo nggak pengen lalu nulis, wah, tulisan jadi aneh. Lucunya style nulis saya nggak pake outline, alias apa yang muncul di kepala ya ditulis. Dengan begitu saya nggak susah buat tulisan. Ngalir aja kayak got. Hehehehe... Setelah nulis di blog ini, kepala saya jadi agak ringan, kayak habis di pijitin. Begitulah sodara, aktivitas nulis jadi kayak pergi ke tukang pijet. Gurih, kan? Lagi pula kadang saya merasa "tua" lalu pengen berbagi pengalaman pada pembaca setia blog saya. Ini yang agak rumit. Wajah saya kata istri ,sudah mulai menua, tapi semangat nulis kayak anak 20-an. Iya. Energi nulis kadang meluap-luap kayak Kali Brantas di Blitar yang bikin banjir. Membanjiri kepala saya dan akhirnya sampai di depan sodara-sodara. Waktu kecil saya gemar baca buku. Buku apa saja saya lahap habis. Tiap Sabtu saya pasti pinjem antara 2-3 buku untuk "makanan" saya di hari ming

WAJAH KITA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. RUMAH KITA adalah wajah spritual kita. Bagaimana anda membangun rumah anda, itulah wajah anda. Boleh jadi model bangunannya rancangan arsitek tertentu, tapi itu tetap mencerminkan wajah kita. Bentuk rumah boleh anggun, tapi kalo pemiliknya hanya menerima 'tamu-tamu' yang anggun-anggun juga maka dapat dipastikan dia tidak menerima golongan yang nggak anggun. Alias pilih-pilih wajah. Hidup ini bukan hanya apa yang anda pikirkan, tetapi juga apa yang saya pikirkan, mereka pikirkan dan yang juga tidak kita pikirkan berjamaah. Oleh karena itu wajar bila kebenaran hanya milik Allah. Bukan milik saya, anda dan mereka. Menurut anda wajah rumah anda yang paling yahud, disisi lain saya akan mengatakan hal serupa. Belum lagi yang lain. Jadi mari kita bersama melukisi dunia dengan aneka wajah yang indah. Yah. Hidup kita adalah wajah kita yang kita lukisi, kita cat-i, kita gores-i, dan kita nikmat-i bentuknya hingga saat ini. Maksud saya adalah wajah

SPG, MUDIK DAN REBUTAN

Gambar diatas adalah sekumpulan Sales Promotion Girl/Boy (SPG/B) yang bergaya di depan toko yang baru buka di salah satu pusat perbelanjaan di Medan Sumatera Utara. Wajahnya jelas sumringah menyiratkan semangat dan optimisme mereka menghadapi sale ramadhan dan lebaran. Kunjungan saya ke Medan salah satunya adalah memanage toko exist dan toko yang baru buka dan bazar. Lokasi toko kami masuk dalam trafic yang padat pengunjung sehingga dalam waktu singkat berhasil menarik pengunjung belanja di situ. Secara pribadi saya adalah pengagum SPG/B sejak lama. Dulu waktu masih sebagai karyawan Matahari Department Store Jakarta, saya punya banyak anak buah pramuniaga dan mengelola SPG/B. Iseng-iseng saya cerita ke sahabat saya, kalo nggak keburu kawin mungkin istri saya adalah seorang pramuniaga atau SPG karena saking seringnya bertemu, trisno jalaran soko nggelibet. Heehehe... Ini serius, saudara! Dunia SPG adalah dunia wanita. 90 % mereka adalah wanita. Saya 3 tahun mengenal mereka baik pikir

BELANJA

BELANJA. Pokoknya belanja, titik. Itulah ritual tahunan bangsa Indonesia mendekati Hari-H Lebaran. Gambar diatas diambil sekitar tgl 19 September 2008 di Plaza Medan Fair Medan, Sumatera Utara malam hari. Terlihat kerumunan orang belanja. Di Jakarta apalagi. Termasuk di kota-kota kecil di seluruh penjuru tanah air. Semua mall atau pusat perbelanjaan kota kecil atawa besar sedang giat memanjakan konsumen untuk berbelanja. Tua muda, laki-bini, kecil besar semua tumplek blek belanja. Apa aja yang dijual pedagang diserbu pembeli. Target sales semua pedagang tampaknya akan tercapai memasuki bulan ramadhan ini. Agak berbeda dengan saya. saya belum 'belanja' apapun itu. Alasannya sederhana, saya nggak butuh barang baru! baju masih banyak, celana masih antre untuk saya pake. Jadi ngapain belanja. Istri kemaren cerita kalo dia di Jakarta juga lagi tutup rapet dompet agar tidak belanja. Untuk tambahan naik haji, pah, begitu timpalnya. Ya udah, selamat malam bapak-ibu pedagang!!! Untun

BINJAI 1/2 LIMA

TANGGAL 18 September 2008 adalah hari ke 13 saya di Medan. Siang tadi bareng Pak Viki Firdaus (IT) Ferry International Fashion, saya pergi kunjungan ke Binjai, kota 1/2 jam perjalanan dari Medan. Kalo anda belum pernah ke Binjai, bayangkan Binjai mirip kota Bangil di Jatim atau mungkin Sumedang di Jawa Barat. Binjai penghasil duku yg terkenal tapi tadi nggak ada duku tuh. Adanya semangka yang lonjong dan besar. Jalan kesana mungkin 25 km dari Medan dan relatip lancar. Masih belum bisa bayangin Binjai? Ya udah pikirkan tentang Mardi Lestari, atlit lari 100 meter putra dulu di era 90-an. Sampai di Binjai Super Mall, disitu ada Matahari Dept Store, Hypermart, kami turun dan mulai bekerja. Mall ini tampak baru dan cantik. Nama besar Matahari jadi jaminan larisanya bisnis sektor ritel di Binjai Super Mall. Daya tarik Binjai mungkin dari sektor perkebunan yang menjanjikan sehingga peritel sekelas Matahari berani investasi miliaran rupiah di sini. Habis bekerja saya pergi ke sebelah mall

MEDAN

ADA seorang teman cerita, kalo ke Medan naik bis. lalu kita tak tahu udah sampe atao belum. Ngetesnya cuman keluarin tangan kita. kalo arloji ditangan kita raib, berarti sudah sampe Medan. Agak serem kedengarannya. Tapi perjalanan muhibah atas biaya dinas ini jauh dari cerita diatas. Saya pergi dari Jakarta tujuan Medan pake maskapai termurah di Indonesia Lion Air. Pesawat Airbus 737-900 ini mampu mengangkut sekitar 250 penumpang sekaligus tanpa merasa keberatan. Padahal di lambung pesawat masih dijejali dengan air cargo paling tidak lebih dari 2 ton. 2 jam di perjalanan tampak Medan indah dari udara. Kami landing pukul 15.30 wib dengan mulus. Walau para sopir taksi tampak hampir mirip dengan bandara Soetta, saya pake taksi bandara dengan tarif di tiket (nggak pake argo) Rp 45.000 tujuan carefour atau Medan Fair. Tau kalo tujuan agak jauh lagi. Sopirnya agak kasar ngganti gigi 1 ke gigi 2. Tapi over all sampailah kami di Medan Fair. Yang agak mengejutkan adalah di lantai 5 yg juga di

JALAN SUNYI

LIFE begins fourthy. Hidup dimulai dari umur 40. Pas benar jalan sunyi yang dipilih oleh Gede Prama yang kita kenal sebagai Sang Penutur Kejernihan. Hidup yang hiruk pikuk membuat dia berkompromi dengan keadaan, pergilah ia ke Tajun, sebuah desa di Bali Utara. Jangan tanya saya, bagaimana repot dan perang batin yang dihadapi Gede saat berencana akan pindah dari metropolitan Jakarta ke desa kecil. Kemapanan kadang menyilaukan istri dan anak-anak kita. Mereka adalah penumpang di biduk kehidupan kita. Tapi warna hidup yang kita pilih banyak dipengaruhi oleh kompromi dengan mereka. Jalan kompromi kadang bukan jalan ideal tapi harus ditempuh. Ini yang membuat kehidupan laki-laki menjadi lebih beradab. Lebih manusiawi. Saya mulai mengerti mengapa dulu para kiai mendirikan pesantren di pelosok desa, bahkan di tepi gunung. Barangkali jalan sunyi juga yang ditempuh sehingga metode pengajaran yang diberikan para kiai kepada para santrinya lebih jernih, dan membumi. Terbayang b

RINDU

TAHUN INI adalah ramadhan yang agak berat. Kantorku yang baru tidak memberlakukan jam pulang cepat tapi jam pulang normal jam 17.00 wib. Akibatnya aku sering berbuka puasa di kantor atau di jalan. Nggak papa sih, tapi jadwal tarawihku yang tahun sebelum-sebelumnya bagus hampir 90% dilakukan di mesjid. Sekarang tarawih serba darurat. Malah kadang nggak tarawih saking capeknya. Ini yang aku sebut ramadhan tahun ini agak berat. Belum lagi kantor nugasin aku ke Medan (Sumut) sejak 10 hingga 30 September 2008. Walah. Target mendapatkan waktu untuk sholat di mesjid selama malam-malam ganjil agak berantakan. Tahun lalu aku selalu sukses sapu bersih untuk iktikaf di mesjid komplek. Kadang bahkan sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan. Entah untuk tahun ini. Puasa hari pertama udah ngemut permen, 5 hari pertama sudah 2 malam tidak tarawih, entah apa lagi kejadian yang kudapat selama ramadhan tahun ini. Ya Allah, aku hanya menjalani semua petunjuk dan takdirMU. Bila engkau lapang

RAMADHAN 1.9.08

Hari ini adalah hari pertama ramadhan 2008. Seperti biasa kekonyolan saya mulai terjadi. Waktu yampe kantor jam 7.30 pagi, abis nolong ngangkat merchandisenya Pak Syahril Kamis, driver paling senior di tempat kerja, saya langsung ngerasa haus. Hari-hari biasa, di mejaku selalu tersedia permen rasa kopi, favoritku. Ya udah, demi melihat permen favorit, langsung kupas............dan: masuk. Semenit, dua menit, tiga menit. Astagfirullah! Bukankah ini puasa! Buru-buru kukeluarkan permen itu. Walah, baru juga hari pertama puasa, udah blunder. Ya Allah maafkan hambaMU yang khilaf ini. Malam tadi sih aku bareng istri udah setting bener. Pergi tarawih berdua di Mesjid Al-Muqqarabin di Perumahan Bukit Cengkeh 2 Cimanggis DEPOK. Sound di mesjid ini cakep, lantai 1 untuk ibu-ibu dan lantai dua khusus-on bapak-bapak. Haji Daryono (pengusaha reklame) meminjamkan handycam dipasang di lantai 2 sehingga gerakan imam dan pemberi tausyiah dapat real time di lihat oleh jemaah ibu-ibu di ba

CANTIK

Buatlah metafora dari cantik. Bulan yang bersinar indah, gunung yang tegak dan kokoh atau mobil yang bergerak dengan anggun. Penyair tak pernah kering menggali kecantikan, arsitek tak pernah bosan bereksperimen dengan struktur atau profesional tak pernah berhenti mengukir sales yang menjulang. Kita semua memuji kecantikan. Walau dibalik kecantikan selalu ada ketidaksempurnaan. Sama halnya ketidaksempurnaan dibaliknya muncul keindahan. Wanita cantik sering ditaksir cowok2 cakep, juga cowok yang tidak cakep. Tapi banyak cerita setelah wanita cantik berhasil di dapat, yang dirasa ada yang tidak cantik yang muncul belakangan. Akhirnya kisah roman seperti tak kunjung berhenti. Ayahku, selama kami berinteraksi tak pernah menyebut cantik lawan dari jelek, tapi apapun disebutnya dengan kesyukuran. Cantik tak pernah punya arti tanpa memakai kecantikannya untuk tujuan suci. Islam hampir tak mencatat kecantikan fisik, betapapun semua manusia adalah cantik di mata Allah. Cantik me

SENIN PAGI HARI

LEWAT media skype (=sejenis YM) aku sebagai HRD menyapa seorang karyawati tempatku bekerja. Dia berbaju semarak biru, kuning, merah. Kayak bendera Italia? Tapi wajahnya agak murung. "Selamat pagi, Dik..?" Dia agak kaget. Lalu demi melihat aku tersenyum, wajahnya ikut tersenyum. "Pagi, Pak...?" Nah, dia mulai keliatan cerah daripada sebelumnya. Aku nggak tau apa yang ada di benaknya. Mungkin saja pagi begini apalagi Senin, membuat dia harus menekuk wajahnya. Yah hari Senin menjadi sesuatu yang berat bagi banyak orang. Kemacetan, anak di rumah rewel, suami yang buru-buru mau masuk kerja harus dilayani ekstra cepat. Belum dia sendiri. "Anakmu, sehat?" "Sehat, Pak?" "Do you best, yak..." aku mencoba memompa semangatnya. "Mudah-mudahan, Pak..." Jawaban terakhir ini aku menyangka si karyawati ini agak berat menghadapi hari. Bukankah setiap hari adalah hari yang berat? Kita musti siap 120% untuk menakhlukkan hari-

RENUNGAN SEJENAK

(Tulisan ini sumbangan Pak Zoerfratman, Ed.) Alam ini sangat luas semua orang sudah tahu itu, tapi diri kita adalah bagian dari alam itu sendiri, ini yang kurang banyak orang menyadarinya. Potensi alam semesta ini sungguh luar biasa tidak akan habis-habisnya untuk di teliti,di gali dan di pelajari untuk ke hidupan ini. Hal yang sama juga terdapat dalam alam ke hidupan setiap diri manusia, karena manusia di jadikan lebih sempurna di bandingkan dengan alam semesta lainnya, artinya dalam diri manusia terdapat kandungan yang sangat luar biasa untuk ke hidupan manusia itu sendiri tapi apakah manusia itu sepenuhnya telah menyadarinya ...? Belum ..., adalah jawaban yang tepat. Mari kita bertafakur sejenak, apa perbedaan yang spesifik setiap individu, apa yang membuat individu tertentu sering frustasi, miskin, kaya, bunuh diri, sukses, dllnya. Apakah Allah memang tidak adil sehingga orang-orang Afrika rata2 miskin dan terbelakang, pada hal banyak di benua itu pemeluk muslim. Dan sebali

GUS DUR, CAK IMIN, ABAH DAN SLAMET

SAYA lagi suka berpikir tentang Gus Dur dan Cak Imin. Sebutan Gus di depan nama Dur berarti 'bagus', sebuah sebutan penghormatan untuk orang terhormat jaman dulu. Beruntung Gus Dur masih dipanggil Gus juga sampai saat ini. Di ranah orang penting kita di Indonesia, sebutan Gus mengingatkan kita pada sosok Gus Mus (KH.Mustofa Bisri), Gus Iful (Syaifullah Yusup) dan yang legendaris dari Belanda, Guus Hiddink. Hahaha... Sementara Cak Imin, disebut Cak adalah panggilan kehormatan sebagian warga jawa timur khususnya wilayah Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Jombang, pada tokoh yang "agak" dituakan. Walaupun faktanya umurnya masih muda. Cak berasal dari kata cacak yang berarti kak atau mas. Kenapa Gus Dur dan Cak Imin nggak akur? Saya senang merunut nasehat Cak Nun (Emha Ainun Nadjib), tentang Gus Dur. Kata Emha, "Sampeyan nggak usah terlalu serius dengan Gus Dur. Rileks aja. Wong ketoprakan kok diseriusin...! Hehehe... Abah saya, Drs.KH. Ibrahim Hasani peng

AKHIR

MENDENGAR kata akhir, apa yang ada dipikiran kita. Pertemuan berakhir, pertemanan berakhir, kisah cinta berakhir, pengajian berakhir, kerja berakhir. Kalo akhir dari sesuatu yang enak, banyak orang tak suka akhir. Tapi kalo akhir dari penderitaan, kesedihan, kemelaratan; banyak orang jauh lebih senang. bagaimana kata akhir dipahami manusia dengan hati yang mendua; sama-sama akhir. Allah selalu mengingatkan manusia untuk ingat akhir atas segala nikmat Allah yang lezat seperti hidup, sehat, kaya dan sebagainya. Tapi Allah juga menghibur manusia dengan akhir atas apa yang susah, sedih dan kenestapaan dari Allah, agar manusia ada harapan. MahaSuci Allah yang mengatur 'permainan hidup' manusia semudah membalik tangan. Ada hikmah dibalik akhir. Allah memberi, Allah menarik, Allah mencukupi, Allah mengurangi. Ya Allah yang Maha Kuasa, manusia adalah insan yang tak paham dengan hidupnya sendiri, berkatilah ia dengan keselamatan atas jalan hidupnya. Amin.

KEDISIPLINAN

BANYAK orang menginginkan orang lain disiplin. Di jalan kita senang bila kita sedang naik motor atau mobil di depan kita ada pejalan kaki DISIPLIN jalan di pinggir, biar kita mudah mendahului. Di mesjid kita senang bila orang disiplin naruk sandal rapi dan mengambilnya pun rapi. Pergi ke toko yang rapi bikin kita enak milih size sebuah model baju. Pun dimana-mana banyak orang suka KEDISIPLINAN. Seorang karyawan pengen bosnya DISIPLIN, sebaliknya seorang bos ingin anak buahnya DISIPLIN. Padahal keduanya sama-sama tidak DISIPLIN! Pertanyaan berikut: apakah kita sudah DISIPLIN? DISIPLIN rugi... itu ukuran jangka pendek, jangka panjangnya UNTUNG. Misal pengendara motor merasa rugi berhenti di lampu merah. Maunya terobos wae! Mungkin untung dia bisa hemat sekian detik, tapi coba bayangkan efeknya bila semua ikut gayanya. Bangsa ini jadi bangsa melempem, egois, saling merusak, saling sikut, dan saling yang nggak ada bagusnya. SEDIKIT yah, sangat SEDIKIT orang yang mau biar yang

MENGUBAH ARAH JALAN HIDUP

MAHA SUCI ALLAH, Maha Besar Allah yang dariNya kita terima jalan kehidupan kita. Ketika lahir, kita hanya ngikut apa maunya orangtua, setelah remaja, dan dewasa, lihat kanan lihat kiri kepribadian kita terbentuk. Lalu makin dewasa dan matang, kita sampai dipertengahan usia, kita mulai meneliti jalan hidup macam apa yang sedang kita jalani. Banyak yang berkelok-kelok, lurus dan melingkar tak beraturan. Itulah jalan hidup kita. Kenalkah kita pada jalan itu? Saya terheran-heran dengan jalan kehidupan yang sudah saya raih. Banyak yang kita harap dari Allah, setelah Allah memberi dengan rahmatNya, kita sudah siap dengan permintaan baru! Ajaib. Kita pintar memproduksi keinginan tapi tak cukup pintar memproduksi kesyukuran. Sampai titik itu saya mulai sadar ada kekuatan DASYAT yang mengarahkan hidup kita baik kita inginkan atau tidak. Kata kuncinya adalah hikmah. Bisakah kita menarik hikmah dari sekian milyar rahman dan rahim Allah disetiap detik perubahan dari arah hidup kita. Ki

Drs.H. Ibrahim Hasani itu Abah saya...

Yak, namanya Drs. H. Ibrahim Hasani. Dia abah (mertua) saya yang sudah saya anggap sebagai abah kandung. Umurnya 68 tahun namun fisiknya masih tampak bugar. Abah tinggal di Komplek Gatot Subroto Banjarmasin bareng Mama. Dia panutan saudara-saudaranya. Tempaan hidup yang susah di kala kecil membuat dia keras terhadap hidupnya. Terbukti kini keempat anaknya sudah 'mentas' dari rumah besar mereka. Yang Sulung Kak Fitri Erliyana tinggal di Banjarmasin, anak kedua Radhiana Hastini menetap di Depok Jawa Barat, anak ketiga Laili Khairati tinggal di Banjarmasin dan anak keempat Hidayattan Noor menetap di Amuntai Kalsel. Abah kerap pulang-pergi Banjarmasin-Jakarta terlebih semasa presiden Abdurrahman Wahid. Entah Rapimnas PKB atau meeting Dewan Masjid Indonesia, dimana beliau adalah pengurus Dewan Masjid Indonesia Kota Banjarmasin. Abah sering ke tanah suci karena abah sering diminta sebagai pembimbing haji, kami yang muda jadi 'ngiri'. Tetapi itu adalah Jalan Allah bag

DAN KAKIKU KAKU

Senin malam, jam 19.00 saya pulang dari kantor lewat rute Pancoran-Kalibata-Cililitan-Condet-lalu Cimanggis. Setiap hari saya pake sepeda motor, disamping ngirit, juga lebih cepet. Pas deket PGC saat lalu lintas padat merayap saya berhenti, biasa, jalan-berhenti-jalan dan berhenti lagi. Eh taksi biru Bluebird ngelindas kaki saya. Aduuh! Spontan saya teriak. Keselnya taksi berhenti nggak gerak lagi. Artinya kaki saya kelindes dan stack. Ya sakitlah! Kontan tak gebrak kap mesin dia. 3 kali malah! Baru dia mundurin. Saya udah ancang-ancang kaya Sugar Ray Leonard, tapi begitu melihat sopir taksi ketakutan sambil bolak-balik minta maap. Jadi luluh hati saya, lagian lintas padat, nggak enak jadi sok jagoan. Saya buru-buru berlalu masuk Condet. Saya inget Imam Ali ketika berperang, dia sudah berhasil memukul jatuh musuhnya, begitu pedang mau ditebas, musuhnya meludah dan kena wajah Imam Ali. Imam Ali nggak jadi menebas musuhnya tadi. Apa katanya, aku nggak mau karena amarah e

JAKARTA OVERLOADER

Senin, 4 Agustus 2008. Saya biasa berangkat kerja jam 7.15 wib. Ada tiga rute dari Cimanggis ke Jakarta. Pertama, rute Jalan Raya Bogor-Cililitan-Kalibata-Pancoran. Kedua, LA-Pasar Minggu-Pancoran. Dan ketiga rute alternatip, Kelapa Dua, Kopasus Cijantung, Kampung Gedong-Condet-Kalibata-Pancoran. Rute 1 dan 2 sudah saya jalani 2 minggu lalu, kini pake rute ketiga. Alhamdulillah, walau padat-merayap sampe kantor pukul 8.15. Artinya nggak terlalu stack seperti rute 1 dan 2. Kalau dipikir lebih dalam, betapa pagi, siang, sore dan malam, Jakarta nggak pernah sepi dari aktivitas. Sumberdaya Manusia terbaik mengalir dari segala penjuru Indonesia. Disisi lain SDM terbaik tidak dijumpai dilokasi-lokasi terpencil atau daerah-daerah. Hal ini menjadi renungan saya akhir-akhir ini. Mudah mengatakan salah pemerintah yang membangun kawasan industri dekat dengan ibukota. Industri apapun ada di Jakarta, sehingga tenaga-tenaga kerja pun mengalir ke Jakarta. Lagian pengembangan SDM yang meng

HIDUP, O-HIDUP

Hidup ini bisa indah bila sering berubah; dari nggak enak jadi enak. Tapi bila berubah dari enak jadi nggak enak, siapa mau. Kan berubah juga. Tapi tidak indah. Bila kita bisa memilih, maka premis pertama tentu akan sering kita pilih. Tapi bagaimana bila premis kedua hadir dan menjadi pilihan utama hidup kita? Buat pecinta sejati perubahan, ditambah memiliki idealisme tertentu, maka hidup indah berlaku baik enak maupun nggak enak. Apapun resikonya.