JANGAN dikira saya menulis ini gampang. Tidak. Menulisnya memang tinggal ngalirin kata di kepala aja, tetapi saya mesti uber-uberan dengan waktu. Di kantor buka jam 09.00 pas. Jadi saya nyampe kantor jam 08.30 atau 08.45 pagi. Praktis hanya 15 menit saya nulis. Istilah saya kegiatan nulis ini sebagai "sedekah", karena akan dibaca oleh banyak anak buah saya di field di seluruh Indonesia. Dan asal anda tahu begitu jam 09.00 datang, komputer udah lelet bin lemot alias susah diajak posting sebiji kata pun. Karena yang akses udah bejibun.
Menurut Ari Ginanjar Agustian, Master ESQ Way, semua benda di jagad raya ini selalu berthawaf mengelilingi Gusti Allah. Ada keteraturan di semesta ini. Setelah direnung-renung, tampaknya saya berangkat kerja ke kantor pake motor lewat Cijantung, Kampung Gedong, Condet, Cililitan, Jambul, Kalibata, Pengadengan, Auri, masuk Mampang 8. lalu pulangnya kadang arah sebaliknya ato ambil rute Warung Jati Barat, Kampung Gedong, Cijantung lalu Cimanggis.Begitu terus tiap hari, bukankah itu berkeliling aja tiap hari. Bagaimana dengan Anda?
Andai saya tukang becak, kemudian 5 tahun berikutnya masih tukang becak, bukankah itu pertanda orbit kita masih sama; thawaf pada kehidupan. Begitu juga tukang sate, tukang ojek, pegawai kantoran atau bahkan direktur sekalipun. Saya tidak bicara dengan enak atao tidak enak. Kalo anda jadi tukang sayur tapi anda ikhlas menjalani, dan anda menemukan cara untuk beramal lewat profesi tukang sayur, maka thawaf kehidupan anda akan dimaknai Allah sebagai hidup yang kaffah. Asal jangan ngelirik sewot aja melihat tetangga yang lagi punya mobil baru tapi dari ngeredit 5 tahun. Ikhlas aja, maka hidup anda akan cool dan damai.
Saya adalah contoh orang yang suka gonta-ganti kerja, jujur aja akibat kurang matangnya cara saya berpikir. Bayangkan. Thawaf kehidupan seperti apa yang saya lagi demontrasikan. Pikiran saya sederhana saja. Saya pengen jadi karyawan yang nggak neko-neko, tapi saya juga nuntut bos saya juga nggak neko-neko. Kalo neka-neko ya kita pisah! Abis perkara!
Begitulah. Saya thawaf pada kehidupan dengan pindah-pindah orbit. Makin lama saya merasakan saya dipkasa Allah untuk inget Dia, seringkali setiap pindah orbit. Sebagai manusia, setiap kali kita thawaf pada kehidupan, kita menemukan keajegan, maka timbul kebosanan. Kebosanan muncul akibat tidak bahagia. Bila tidak segera dicarikan jalan keluarnya, maka akan ganti orbit. Saya kini tengah mati-matian untuk tetap thawaf dengan mensyukuri setiap rupiah yang saya dapat.
Bukan uang benar yang saya kejar tapi cukuplah bisa makan dan berderma untuk sesama. Pada titik ini saya juga tak bisa mencari tempat kerja (tempat thawaf) yang membuat hati ini iklas 100 persen. Selalu saja ada yang kurang.
Kaum profesional biasanya akan mendukung gerak batin ini dengan bilang: ya udeh bikin usaha sendiri aja. Sudah cukup banyak cara ini saya tempuh tapi cashflow-nya seret alias jauh dari hasil kerja normal. Akhirnya saya berpikir bahwa mungkin Allah mewajibkan saya untuk menerima saja takdir sebagai : karyawan. Naif, kayaknya ya?
Setiap pagi sebelum berangkat kerja saya selalu berdoa: Bismillahirrahmanirrahim. Ya Allah aku ingin mencari rejeki di jalnMu, berkahilah jalanku, tempat kerjaku, teman-teman kerjaku, bos-bosku dan mudahkanlah kami bekerja sama.
Ya Allah jadikanlah aktivitasku sebagai bagian dari thawafku padaMu dalam menuju Jalan kembaliku. Amin.
Menurut Ari Ginanjar Agustian, Master ESQ Way, semua benda di jagad raya ini selalu berthawaf mengelilingi Gusti Allah. Ada keteraturan di semesta ini. Setelah direnung-renung, tampaknya saya berangkat kerja ke kantor pake motor lewat Cijantung, Kampung Gedong, Condet, Cililitan, Jambul, Kalibata, Pengadengan, Auri, masuk Mampang 8. lalu pulangnya kadang arah sebaliknya ato ambil rute Warung Jati Barat, Kampung Gedong, Cijantung lalu Cimanggis.Begitu terus tiap hari, bukankah itu berkeliling aja tiap hari. Bagaimana dengan Anda?
Andai saya tukang becak, kemudian 5 tahun berikutnya masih tukang becak, bukankah itu pertanda orbit kita masih sama; thawaf pada kehidupan. Begitu juga tukang sate, tukang ojek, pegawai kantoran atau bahkan direktur sekalipun. Saya tidak bicara dengan enak atao tidak enak. Kalo anda jadi tukang sayur tapi anda ikhlas menjalani, dan anda menemukan cara untuk beramal lewat profesi tukang sayur, maka thawaf kehidupan anda akan dimaknai Allah sebagai hidup yang kaffah. Asal jangan ngelirik sewot aja melihat tetangga yang lagi punya mobil baru tapi dari ngeredit 5 tahun. Ikhlas aja, maka hidup anda akan cool dan damai.
Saya adalah contoh orang yang suka gonta-ganti kerja, jujur aja akibat kurang matangnya cara saya berpikir. Bayangkan. Thawaf kehidupan seperti apa yang saya lagi demontrasikan. Pikiran saya sederhana saja. Saya pengen jadi karyawan yang nggak neko-neko, tapi saya juga nuntut bos saya juga nggak neko-neko. Kalo neka-neko ya kita pisah! Abis perkara!
Begitulah. Saya thawaf pada kehidupan dengan pindah-pindah orbit. Makin lama saya merasakan saya dipkasa Allah untuk inget Dia, seringkali setiap pindah orbit. Sebagai manusia, setiap kali kita thawaf pada kehidupan, kita menemukan keajegan, maka timbul kebosanan. Kebosanan muncul akibat tidak bahagia. Bila tidak segera dicarikan jalan keluarnya, maka akan ganti orbit. Saya kini tengah mati-matian untuk tetap thawaf dengan mensyukuri setiap rupiah yang saya dapat.
Bukan uang benar yang saya kejar tapi cukuplah bisa makan dan berderma untuk sesama. Pada titik ini saya juga tak bisa mencari tempat kerja (tempat thawaf) yang membuat hati ini iklas 100 persen. Selalu saja ada yang kurang.
Kaum profesional biasanya akan mendukung gerak batin ini dengan bilang: ya udeh bikin usaha sendiri aja. Sudah cukup banyak cara ini saya tempuh tapi cashflow-nya seret alias jauh dari hasil kerja normal. Akhirnya saya berpikir bahwa mungkin Allah mewajibkan saya untuk menerima saja takdir sebagai : karyawan. Naif, kayaknya ya?
Setiap pagi sebelum berangkat kerja saya selalu berdoa: Bismillahirrahmanirrahim. Ya Allah aku ingin mencari rejeki di jalnMu, berkahilah jalanku, tempat kerjaku, teman-teman kerjaku, bos-bosku dan mudahkanlah kami bekerja sama.
Ya Allah jadikanlah aktivitasku sebagai bagian dari thawafku padaMu dalam menuju Jalan kembaliku. Amin.
saya pigin diskusi lebih komprehensip lagi dengan bapak, tetapi dengan ketemuan langsung. gitu lhoo Pa! saya sangat senang dengan semua tulisan bapa mangkanya hampir setiap buka komputer blog bapa selalu di buka siapa tahu ada tulisan terbaru. pie kabare pa, ana wong turu?
BalasHapus