Langsung ke konten utama

JAKA TRIYANA




Saya memanggilnya Joko. Joko Triono ato Joko Triyono (pake y) tidak jelas benar. Tapi dia pasang di tag YM maupun Facebook ataupun blog dia dengan Jaka Triyana. Ini yang membuat dunia puyeng tujuh keliling bolak-balik.

Dia teman sebangku saya SMPN Pesanggaran Banyuwangi, iya. Tapi dia sulit terdeteksi adalah hal lain. Betul, tanggal 25 Maret 2009 kemarin Allah mempertemukan kami dalam koneksi facebook. Maha Suci Allah.

Masalahnya memang nama, lha wong saya ingetnya Joko, dia nulis diseluruh dunia Jaka, ya google mumet nggoleki. Salah Joko eh Jaka juga sih pake hurup a segala koyok wong Sunda. Emang kamu wong Sunda to, Jok. Halah!

Saya berteman dengan Joko sejak kelas 1 SMP tahun 1981 sampai kelas 3 SMP tahun 1984. Nggak jelas benar; apa kami sebangku terus atao sempet ganti-ganti tandem. Yang saya inget, tandem dengan Joko paling lama. Sebenarnya Joko itu unik; untuk ukuran kampung dekne tampil klimis bin rapi. Embuh pake lengo opo, tapi rambute minyakan terus. Saya senang berteman dengan orang rapi, masalahe saya agak jor-se, hehehe...

Joko punya hobi matematika, fisika, kimia pokoke itung-itungan, sak kelas, wis podo ngerti. Dekne pinter pol, mau nyontek ato opo, orang gak peduli. Pokoke jago itungan. Terbukti sampe sekarang kalao anda nengok blognya http://jakatriyana.blogdetik.com , anda akan menemukan sisa-sisa kehebatan Joko yang suka iseng dengan itungan.

Jadi saya waktu itu juga sebagai Wakil Ketua OSIS dan Ketua Kelas 1D, 2D, dan 3D agak bisa ngandelin Joko kalo ada masalah itung-menghitung. Tapi kalo mata pelajaran lain: sejarah, bahasa indonesia, Joko mulai hoek-hoek, aneh pikir saya. Apalagi kalo olah raga, diajak lari keliling sekolahan, walah Joko pasti di salib karo cah wedok-wedok kayak: Sri, Lastri, Sumarni, Sumini, Andari dan liyo-liyane.

Saya orangnya tertib, betul. Ini akibat status anak kolong, pernah sebagai anak tentara saya melihat Bapak membongkar pistol FN. Bapak meletakkan satu demi satu komponen pistol itu berderet urut. "Harus rapi dan urut, Le..."kata beliau. Kalo nggak urut dan rapi ,susah kita memasangnya kembali.

Bapak saya juga masih suka bawa lidi, terus buka lemari baju saya dan mengukur ukuran lipatan disamakan dengan panjang lidi. Kalu ada yang lebih pendek atau panjang, Bapak keluarin baju saya untuk dilipat sesuai ukuran lidi. Halah, benar-benar militer.

Tapi jadinya ya gini ini; watak saya, pikiran saya, kecetak plek, sebagai anak tertib. Anak tentara.

Kembali ke Joko :

Joko itu kalo urusan olahraga, jan .....babar blas nggak bisa diandalin ; kecuali tukang mungut bola. Hehehe.....Lari gak kuat, voley lemes, bal-balan dijamin nabrakin musuh aja, dan kasti , mlayu ae kesrimpet. Lha susah.

Mbuh. Dekne dulu dapet nilai berapa waktu ujian praktek dan tulis olahraga. Penilainya dulu Pak Azis (Makasar) dan Istrinya, lalu dibantu Pak Wid (guru olahraga SD Siliragung 1). Kalau saya sebelum uji praktek olah raga, saya beberapa bulan sebelumnya sudah sering ikutan main bola dilapangan, walau jarang dapat bola, tapi napas saya jadi bagus. Itu sebabnya walaupun saya bukan atlit dan bukan anak kampung (anak kampung terkenal kuat-kuat, olahragne), saya bisa juara 3 maraton 5000 m dan hanya kalah lawan; juara olahraga dan Sunari.

Lompat tinggi, lompat jauh, voley, tembak pinalti , saya hampir dapet nilai diatas rata-rata.Itu akibat stamina saya yang terlatih ikut lari kesana-kemari rebut bola sama anak-anak di lapangan Siliragung dulu.

Joko orangnya cuek, sak enake dewe, mbuak bruk, dan kadang melawan arus. Tapi kadang ikut arus sambil, ngoceh-ngoceh.

Hal positip yang ada di diri Joko adalah, selalu tampil chic di setiap suasana, mau hujan, badai, panas, kering bahkan sebelum, selama,dan sesudah kegiatan olahraga pun, Joko bisa tampil rapi. Ckckckck...Tak ada lawan untuk urusan kerapian.

Pengalaman SMP :

Di kelas 3 D SMPN Pesanggaran Banyuwangi, waktu tahun 1984 itu Joko kadang diminta kawan-kawan untuk menulis di papan tulis. Guru nggak masuk tapi cuma ngasih buku, lalu ditulis sama Joko. Gantian dengan saya, atau mereka yang tulisannya rapi. Joko termasuk siswa yang tulisannya "bisa dibaca" oleh teman lain. Joko bisa tampil menghibur di depan kelas saat menulis, layaknya Tukul Arowana, Joko berlagak kocak sehingga bikin teman-temannya gemas, terutama teman cewek.

Mulut Joko bila ngadepin cewek bukan tipe yang manis, Joko suka ngisengin mereka. Saya ingat waktu saya lirik-lirikan dengan Andari, begitu Joko tahu kami senyum2, eh Joko malah pasang gelang karet di selepret ke Andari. Kontan tuh cewek mringis. Joko, Joko...

Suatu hari saya melihat air ludah di lantai dekat papan tulis. Ada satu siswa yang nggak suka dengan Pak Umam (guru Bhs.Inggris) yang akan ngajar di kelas kami. Saya lupa yang meludah antaraTotok, Darman, atau Sudar,nggak jelas. Begitu Pak Umam masuk dan melihat ludah yang tergenang, langsung naik pitam wajahnya.

"Siapa yang meludah ini di lantai!" tanyanya mendelik.

Semua terdiam. "Saya, Pak..." ujar saya tiba-tiba. Sebagai Ketua Kelas saya nggak ingin kejadian mencekam ini terlalu lama. Harus ada yang ngaku biar cepet selesai. Betul saja, saya disuruh ke depan kelas. Dengan penggaris 1 meteran dari kayu, Pak Umam pukul sekerasnya ke kaki saya. Praakkk....!

Semua siswa terdiam. Pak Umam puas, dan kaki saya panas!

Waktu tiga tahun bareng Joko banyak kenangan tercipta. Kalau saya sebagai Komandan Upacara, Joko biasanya sebagai pembaca Pancasila dan paling top pembaca UUD 1945. Nggak pernah dia sebagai Komandan Upacara. Bisa ger-geran dan kacau upacaranya. Hahaha...

Saya pernah ke rumahnya di Sumberagung. Rumah Joko besar memanjang. Saya mikir dalam hati, Joko anak orang kayo, lebih kayo dibanding bapak saya yang kopral angkatan darat. Bapak Joko namanya Pak Haji Said. Ibu Joko seorang Nasrani yang kalu bicara lembut sekali, ada keteduhan iman diwajahnya. Mirip lakon Maria dalam Ayat-Ayat Cinta. Uhui....

Di sebelah agak jauh dari rumah Joko, saya ditunjukin kebonan bapaknya yang ditanami banyak pohon mangga. Pak Haji Said tampaknya orang berada, tanahnya banyak.

Bagi saya, awalnya memandang hidup itu lurus, tertib, rapi, dan patuh. Yah...kayak tagline-nya Rindam Jaya laaa...: Damai itu Indah. Damai itu Bersatu. Hehehe...Tapi begitu kenal Joko. Halah! Hidup jadi berkelok-kelok, konyol, satire, sak senenge dewe, sak karepe dewe, dan boleh gabung lagi kembali alias ikut arus. Hal ini memperkaya khasanah kejiwaan saya.

Tibak-e onok ae wong sing urip koyok ngono. Hahaha...

Joko Lainnya :

Saking istimewanya diri Joko bagi saya, setelah berpisah lebih dari 20 tahunan, saya sejak Pebruari 2009 lalu nyari, search, browse nama Joko di Google, di Yahoo Toolbar, dan akhirnya "ketemu" di Facebook.

Rambutnya gondrong, pake tas ransel dan wajahnya sedih. Begitu saya add di Facebook saya, saya komentari penampilan dia: Jok, wajahmu kok sedih. Nggak mangan yo?

Apa dia jawab : Hmm...aku kuliah di Bandung.

Saya kaget lagi. Umur 40 tahun ? Kuliah di Bandung? Ambil S3 atau S4, Jok? Canda saya.

Eh, dia malah menghapus postingan dia.

Saya kecewa dengan respon dia. Belakangan setelah ketemu Jaka Triyana, (yang ini Joko yang asli) dia bilang gak pernah kuliah di Bandung.

Hehehe...rupanya Joko Triyono yang saya add di awal adalah bukan Joko teman SMP kocak saya. Halah. Isin aku.

Ini adalah daftar ingetan saya tentang teman-teman sekelas 1D, 2D, dan 3D SMP Negeri Pesanggaran Banyuwangi tahun 1981-1984 :
1.Joko Triyono
2.Andari Krisnaini
3.Sri Susilo Susantiningsih
4.Totok Abdul Haris
5. Tokit
6.Mansyur
7.Dasir
8.Sunari
9.Slamet Hari Wijaya
10. Sumarni
11.Sulastri
12. Dwi Wahyu
13. Ninik Mesini
14. Wage
15.Poniman
16.Sudarman
17.Supardi
18.Suryanti
19.Slamet Ismulyanto
20. Sutrisno B
21.Supriyadi
22.Wahyuwono
23. Tri Setiawan
24. Sutrisno A
25. Mujahidin
26.Suhadak
27.Suprihatin
28.Suyatin
29.Lisa Dwi Arni
30.Iin Mesati
31.Yuyun Desputi
32.Sofyan Iswandi


Kembali Ke Joko:

Benar.Tanggal 29 Maret 2009, Joko Triyono nyatronin rumah saya di Cimanggis. Nggak tanggung-tanggung, dia bawa istri, adik dan anak. Halah kok lengkap banget pasukan, Jok.

Tiga jam lebih kami bertukar pengalaman. Ada satu yang saya catat dalam diri Joko, yaitu matanya.Dulu mata Joko itu berbinar, penuh optimis, jenaka, bandel dan bengal. Kini mata itu meredup. Tampak lebih wise, lebih down the earth, dan realistik. Ini bisa dipahami, mungkin Joko pernah mengalami pengalaman pahit atau berat.

At least, kunjungan Joko ke Cimanggis seperti menegaskan arti tentang serpihan kehidupan yang pelan-pelan mulai terangkai. Silaturahmi tampaknya Allah tunjukkan di depan mata saya, agar saya lebih banyak menjalin silaturahmi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta yang mudik saja, prediksi total 4 juta saja dg asumsi mo

MENSIKAPI DATANGNYA MASA TUA

Setelah solat subuh di Mejid Al-Muqarrabin, pagi ini, 3 Muharam 1432 H atau 9 Desember 2010, saya buru-buru pulang. Apa pasal? Saya pengen buru-buru nulis di blog ini mumpung ingatan saya tentang materi kultum yang saya bawakan masih anget bin kebul-kebul. Heee..... Begitulah Pembaca Yang Budiman, saya barusan share pengetahuan dengan ngasih kultum di mesjid kali ketiga atau dalam 3 bulan terakhir ini. Seperti biasa materi saya kumpulin dari internet, Quran, beberapa hadist dan beberapa riwayat. Kebiasaan juga masih, saya mempersiapkannya jam 21.00 ampek 23.30 wib, terus siapin hape dengan irama alarm, biar nggak kelewat. Bahaya, kan? Inilah kira-kira isi ceramah itu: Assalamuaalaikum warrah matullahi wabaraktuh. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِهَدُ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. &q