Langsung ke konten utama

HIDUP LANSIA

Anda boleh liat-liat statistik di BPS tahun 2005: mana manusia Indonesia yang berumur paling panjang dan yang paling pendek per propinsi. Lihat baik-baik, angka harapan hidup (ahh) DIY Jogja dengan DKI Jakarta. Angka harapan hidup kedua propinsi ini sama-sama (total) 71.13 tahun.Artinya biar kota besar dengan tingkat stres paling tinggi ; Jakarta justru memberi skore tertinggi. Nggak aneh bila skore tertinggi jatuh pada Jogya, masyarakatnya kalem, nrimo dan cool.

Anda sudah membandingkan ahh tertinggi. Bagaimana propinsi dengan ahh terendah.Tercatat menurut data BPS adalah Nusa Tenggara Barat dengan ahh 56.15 tahun disusul Maluku Utara dengan nilai ahh 59,07. Berantem mulu sih ya, makanya cepet jiun, hehehe...

Kembali ke Topik :

Mengapa saya serius nulis tentang a-h-h, simpel saja, saya bentar lagi juga udah layak disebut udzur, lansia, tuek, peyot, pikun, bau tanah, karatan, ...apalagi? Engkrik-engkrik-en, boso Sanggar-e.

Nah, saya mesti nyiapin dong. Perlakuan dan fasilitas macam apa yang akan saya peroleh bila saya masuk "komunitas udzur", nanti. Terserah Anda semua, masih mau mikirin masa nanti ato cuek bebek bin rai gedhek. Lha, wong urip-uripmu dewe, masak mau mekso aku. Gitu psikologi pikiran saya.

Mbah saya meninggal umur sekitar 60 tahun, bapak saya 61 tahun, dan ibuk saya 62 tahun. Lha saya? Walaupun Malaikat Izrail sudah senyum-senyum membaca postingan saya ini, heh...., tapi doski pasti nggak mau ngasih bocoran ke manusia, umur berapa saya di bredel dari peredaran manusia di bumi. Yang pasti dekne nggak bakalan ngomong gini : Sopo...Slamet! Jarno ae, engko nek akine ntek, kan mati dewe. Hee...

Yah, ngiras memberi data yang homogen pada ilmu statistik biarlah saya patuh pada angka 63 tahun, baterai saya lobet.

Kok 63? Nambah setahun dari angka rata-rata Bapak dan Ibuk saya. Ya biarin, minta "welasan" Malaikat Izrail nggak haram, kok! Inget dikampung saya dulu kalo ibu belanja endok sejinah (=sepuluh) selalu minta "welasan" alias tambahan tanpa bayar 1 biji per sejinah. Halah, kok ribet njelasin ke sampeyan. Belajar sendiri ambek Wong Jowo, yo...

Alkisah ada mantan Dirut saya, namanya Pak Mukhlis (semoga Allah memberi kemuklisan dihatinya) doski nih, sering banget ke Cina. Entah Senzen, Guang Dong, Sanghai ato apa nggak weruh lah, lha wong gak melu. Dia bilang ada nenek-nenek tua yang kerjanya di hotel. Hotel? Iya. Ngapain nenek-nenek.

Menurut Pak Mukhlis, nenek ini tugasnya hanya memeriksa handle dan kunci pintu semua kamar di hotel apakah masih fungsi ato minta diganti. Jadi dia hanya periksa,periksa, dan periksa setiap hari. Ketika ditanya apa manfaat memeriksa handle dan kunci ini, sang nenek bicara bijak: kalo sampai ada tamu, apalagi yang VVIP (=Very Very Important Person) sebangsa rojo-rojo, kaisar, perdana menteri maka nggak lucu kalo pas buka lawang, pas pintu macet.

Kedengaranya sepele kerjaan sang nenek, tapi menjaga "image" alias citra service sangatlah puenting. Nggak ada artinya terkenal sebagai hotel murah kalo service-nya, pintunya susah nutup, WC bau, dan AC nggak dingin.

Saya bisa memastikan usia sang nenek pastilah lebih dari 50 tahun.

Hebatnya lagi, sang HRD Manager atau sang Dirut pastilah sebangsa Malaikat yang paham tentang arti hidup. Nggak kayak di Indonesia, usia kerja paling pol 45 tahun. Lha yang berumur seket (50), sewidak (60) piye, ki? mangan watu ae....!?

Di skype saya dua hari lalu, di head tag-nya saya tulis : Mari Kita Giatkan Memberi Kesempatan Kerja pada Lansia. Biar mereka bisa menolong dirinya sendiri.

Di Indonesia ki aneh, Usia Lansia (50 >) menurut BPS (2005) berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa dari total penduduk sebanyak 218 juta jiwa. Berapa juta yang dapet pensiunan, dan berapa juta yang bengong, nggak terdata. Saya hanya mikirin : gimana mereka hidup ya...

Kalau Anda berusia 5o tahun lalu beli Kompas Sabtu ato PosKota Sabtu, agak musykil anda akan dapat pekerjaan. Mereka akan "otomatis" menyingkirkan berkas anda.

Bukankah Anda juga berhak untuk mendapatkan pekerjaan, bukan?

Saya, lewat partai saya PKB dan lewat organisasi yang saya ikuti NU maupun Kepramukaan akan terus berupaya untuk memperjuangkan Job for Lansia, sampai akhir hayat saya. (Met, met ...tangi, tangi...) Halah saya tidak sedang kampanye! (Disangka, mimpi. Apa...)

Faktanya logis, bentar lagi saya juga lansia. Spiritnya menolong. Nah!

Selain lansia, saya akan fokus pada masalah janda-janda tua, pemuda-pemuda tuna karya, petani tanpa sawah, buruh tanpa UMR, dan nelayan tanpa kapal. Jumlahnya bisa jutaan tuh.

Gerakan ini saya serukan pada semua yang tidak "bad mood" pada masa depan. Saya, Anda, istri anda, anak anda, paman anda, semua sama : menuju pada masa udzur. Siapa yang kita ajak untuk peduli. Kalo bukan kita: siapa lagi?

Hidup Orang Udzur, PKB memperjuangkan orang udzur. PKB untuk orang udzur...eh, salah. PKB for all.

Dan kita itu all yang bakal udzur. Setuju.?




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta yang mudik saja, prediksi total 4 juta saja dg asumsi mo

MENSIKAPI DATANGNYA MASA TUA

Setelah solat subuh di Mejid Al-Muqarrabin, pagi ini, 3 Muharam 1432 H atau 9 Desember 2010, saya buru-buru pulang. Apa pasal? Saya pengen buru-buru nulis di blog ini mumpung ingatan saya tentang materi kultum yang saya bawakan masih anget bin kebul-kebul. Heee..... Begitulah Pembaca Yang Budiman, saya barusan share pengetahuan dengan ngasih kultum di mesjid kali ketiga atau dalam 3 bulan terakhir ini. Seperti biasa materi saya kumpulin dari internet, Quran, beberapa hadist dan beberapa riwayat. Kebiasaan juga masih, saya mempersiapkannya jam 21.00 ampek 23.30 wib, terus siapin hape dengan irama alarm, biar nggak kelewat. Bahaya, kan? Inilah kira-kira isi ceramah itu: Assalamuaalaikum warrah matullahi wabaraktuh. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِهَدُ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. &q