BERHARI-hari saya mempersiapkan diri untuk tampil fenomenal dalam acara kuliah tujuh menit di Mesjid Al-Muqarrabin itu. Banyak kitab saya baca, banyak ayat saya analisis, dan banyak hadist saya lingkari. kemudian disortir sesuai dengan tema yang akan saya bawakan.
Sehari sebelumnya saya udah setel alarm 2 hape agar tidak macet salah satunya sehingga bisa membangunkan saya tepat pada waktunya.
"Kring....kring...kring....!!!" bunyi hape membangunkan saya pukul setengah 4. Berarti saya punya satu jam untuk mempersiapkan diri. Saya mandi lalu solah tahajud, hajat lalu terdengar adzan subuh yang dilantunkan oleh Mas Supri. Saya bergegas ke mesjid. Pendek kata, setelah solat subuh dipimpin oleh ustadz Nur Fadil, saya tampil.
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.
Hamdaliraba Khasona bi Muhamadin wa ankodana min dulmatil jahli wa daya jirrin. Alhamdulillahil ladihadana bingabdihil muhtar. Man dangana ilaihi bil idni waqod nadana labaika ya mandangana wa khadana Sholallahu wa salam wa barika alaihi wa ngala alihi. Alhamdulillahil ladi jamangana min hadal majma-al karim wal hamdulillahil ladi jamangana hada....adim wa fi hadihil jamsah.
Limpahan puji kehadirat Allah maharaja langit dan Bumi. Maha Penguasa Tunggal dan abadi. Maha melimpahkan keluhuran dan kebahagiaan bagi hamba-hambanya setiap waktu. maha melimpahkan kelembutan dan kenikmatan yang tiada henti.
Tak satu detikpun rahmat dan kasih sayangnya terhenti terkecuali terus mengalir pada kita, kenikmatan melihat, kenikmatan mendengar, kenikmatan berbicara, kenikmatan bergerak, berpikir, merenung, kenikmatan sanubari, kenikmatan luhur lainnya dan kenikmatan itu terus berlanjut. Kenikmatan bernapas, kenikmatan penggunaan jantung dan seluruh tubuh kita, kenikmatan cahaya matahari, kenikmatan gelapnya malam, kenikmatan indahnya pemandangan, kenikmatan udara dan berjuta-juta kenikmatan lainnya.
Pernah seorang Arab Badui bertanya pada Muhammad ibnu Ali bin Al-Husein: Apakah Tuan pernah melihat Allah ketika beribadah?
Cicit Rasulullah ini balas menjawab, "Saya tidak akan beribadah pada Tuhan yang tak terlihat".
"Bagaimana Tuan melihat Tuhan?" kejar si Badui.
"Dia memang tidak terlihat oleh pandangan mata, melainkan oleh kalbu dengan hakekat keimanan. Dia tidak tergapai oleh panca indera tapi dikenali lewat ayat-ayat dan disifati oleh tanda-tanda", papar cicit Rasulullah ini.
Pandangan mata dhohir sangat terbatas, oleh karena itu kita mestilah mengaktivasi pandangan batin. Pandanga dhohir sendiri perlu dikelola, karena bila tidak justru menyeret kita dalam dosa yang tidak perlu.
Diriwayatkan oleh Isa a.s pernah berkata : Kebaikan itu terdapat pada 3 hal :
1. Ucapan, kalau bibir mengucap bukan untuk dzikir maka ucapan kita adalah sia-sia.
2. Pandangan, pandangan bukan dengan maksud mengambil pelajaran, maka ia lalai.
3. Diam, bila dalam diam ia bukan tafakur, maka dia hanya main-main.
Waspadalah, jangan sampai mengarahkan pandangan pada sesuatu yang tidak halal karena ia adalah anak panah yang mengena dan kekuasaan yang mendominasi.
Di jalan kita sering tanpa sengaja bertatapan mata dengan orang lain. Ada yang ramah, tapi banyak yang cuek, bahkan kadang bengis. Semua itu perlu disikapi secara arif dan bijaksana agar kita terhindar dari salah paham.
Di kampung bila kita berpapasan dan bersitatap dg orang lain, boleh jadi orang tadi akan tersenyum dan mengangguk takzim. Tanda bahwa semua orang kampung ramah dan bersahabat walau belum kenal atau ketemu. Namun di kota hal seperti itu jarang terjadi. Bila kita agak sedikit lama menatap mata orang, boleh jadi mulut orang akan berkata : Apa lu lihat-lihat. Ngajak berantem, lu! Maha Suci Allah.
Rasulullah saw pernah bersabda: Pandangan itu salah satu anak panah iblis. Barangsiapa yag meninggalkan karena takut pada Allah dan diikuti oleh keimanan, ia akan mendapat manisnya dalam hati.
Ali pernah pula berkata: Mata adalah jalan setan. Mata segera mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Jadi barangsiapa yang menundukkan anggota-anggota tubuhnya dibawah kendali hawa nafsunya dalam memperoleh kelezatan, berarti ia telah menyia-nyiakan perbuatan baiknya.
Saking pentingnya menjaga pandangan mata, beberapa pondok pesantren seperti Gontor, Tebu Ireng dan Lirboyo konon, mengharamkan nonton TV bagi santri-santrinya kecuali acara khusus Piala Dunia atau All England.
Pengasuh Pondok Pesantren beralasan bila banyak nonton TV, santri akan sulit menghapal Quran dan Hadist. Bayangkan anak-anak kecil sekarang yang dibiarkan oleh orangtuanya bisa-bisa nonton TV seharian. Ujungnya adalah anak malas menghapal, malas pergi belajar dan tidak peduli adzan magrib karena asyik nonton atau main game.
Kita sendiri juga akan sulit tumakninah ketika sholat, karena sering melihat maksiat. Bayangan maksiat lebih mendominasi pikiran dan hati ketimbang hadirnya Allah disetiap denyutan napas doa kita. Inalillahi wa inailahi rojiun.
Kesimpulannya, seperti disarikan oleh Imam Al-Ghozali: Barangsiapa mengumbar pandangannya, niscaya banyak penyesalannya. Banyak memandang akan menyingkapkan rahasia, membukakan kejelekan manusia dan mengekalkan tinggal dalam NERAKA SAQAR. Audzubilahhi min dzalik.
Semoga kita digolongkan Allah kedalam insan-insan yang terampil menjaga amanah mata untuk kebaikan. Billahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum warrahmatullahi wabaraktuh.
Komentar
Posting Komentar
Kalo Anda pengen diskusi lebih komprehensip, kirim ke email ini : sismulyanto@gmail.com