Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2008

31 DESEMBER

Umur 27 tahun saya datang ke Jakarta, tepatnya 1 Desember 1995. Waktu itu Jakarta benar-benar "the city dream". Kendaraan sedikit, lalu lintas lancar dan nyari kerja sangat enak. Waktu itu tanggal 31 Desember 1995, saya habiskan waktu tengah malam ngeliat Jalan Thamrin riuh-rendah oleh pawai kendaraan yang menuju dan keluar Monas. Saya sempat ikut ngelihat Monas dari dekat. Sepertinya penduduk Jakarta "tumplek blek" di Monas waktu itu. Saya heran bin takjub melihat kemeriahan yang nggak pernah saya lihat seumur hidup. Perasaaan saya campur aduk nggak tahu harus senang atau sedih. 31 Desember 1996, saya habis dapet musibah, yaitu gaji satu bulan raib dari celana alias dicopet orang di kereta rel listrik Jakarta- Bogor. Nah malam tahun baru itu saya hanya nge-gitar di sudut kamar dengan tema-tema sedih: sepanjang malam sampe saya ngantuk dan tertidur sampe pagi. 31 Desember 1997 saya tidak lagi "turun ke jalan" namun ikutan rame-rame bakar ayam trus

TEMAN SEBANGKU

Tahun 2008 ini saya berhasil menemukan keberadaan teman sebangku saya waktu SD, SMP dan SMA. Di ketiga sekolah ini kita biasanya punya teman sebangku dan jarang berganti. Berbeda dengan di kuliahan. Teman sebangku saya waktu di SD (SD Inpres, SD Sukorejo I Blitar, Jatim) adalah Muhamad Bisri Mustafa. Dia saya "temukan" karena saya mengunjungi rumahnya di jalan Manggar Blitar. Ibunya ngasih tau kalo Bisri tinggal di Cikampek, Subang Jawa Barat. Saya ketemu dia di rumahnya bersama 2 anaknya dan dia bercerita selepas SMA di Blitar dia kuliah di FMIPA ITB dan kini kerja di pabrik Jepang di Balaraja. Bisri dan saya agak lama sebangku. Mulai kelas 4 dan 5. Dia anak pinter, adiknya guru ngaji saya, Mas Baweh. Rumah Bisri halamannya luas di Jalan Manggar Blitar sana. Saya masih inget kami bersaing dalam segala hal. Pernah dia dapet juara satu lomba menulis arab, saya juara duanya. Gantian saya juara satu lomba adzan dan Bisri juara duanya. Kami tak pernah saling contek wa

MENIKAH

Saya menikah tanggal 11 Juli 1999. 2008 ini berarti 9 tahun lewat sekian bulan usia pernikahan kami. Bagi saya menikah sama dengan cari teman. Abis saya tipe laki-laki introvert dan nggak suka rame-rame, bersosialisasi. Istri saya tipe rame dan ekstrovert, klop-kan? Bagi saya, istri saya adalah permata hati. Kedudukannya sedikit dibawah permata hati utama : ibu saya. Keduanya wanita yang saya kagumi. Dari ibu, lahir saya: anaknya. Dan dari istri saya lahir hehehe...anak-anak saya. Kenapa hehehe...karena anak saya kayaknya ogah nongol.Hehehe... Saya menikah saat 31 tahun dan istri 29 tahun; sama-sama hampir udzur.Hehehe... Awal-awal menikah memang ada sedikit perbedaan. Saya hasil didikan Kopral Samiari dari Yonif 511 Blitar jelas berkarakter "kolong". Dipertemukan dengan istri hasil didikan KH.Ibrahim Hasani yang orang spiritual, jelas agak nyocok-nyocokin. Doski orangnya (maap ya, say...) agak nggendabrus alias nggak disiplin. Naroh peniti, kunci atau apa aja p

PHK,TAWURAN DAN KORUPSI

SAYA termasuk manusia yang agak sibuk dengan pekerjaan. Senin ampe sabtu terus berkutat dengan pekerjaan. Jadi agak jarang nonton TV. Sekali buka kadang acara tawuran di Makasar, lalu pindah channel korban gusuran trantib menangis, dan sidang korupsi yang berlarut-larut. Berita terbaru di TV: PHK massal menghantui karyawan di Indonesia. Saya awali dengan tawuran di Makasar. Hampir tiap hari ada acara tawuran: apa nggak capek ya? Saya yang denger aja capek, lha yang sedang tawuran? Di Indonesia ada kota yang penduduknya kalem dan ada yang keras. Makasar termasuk salah satu yang berpenduduk dengan temperamen keras. Kondisi geografis yang dekat pantai yang membuat mereka begitu. Laut yang ganas membutuhkan tingkat adaptasi yang tangguh dan cenderung keras! Tapi bukankah masalahnya bukan di laut: menghadapi ombak dan badai namun justru di darat: penggusuran, tawuran antar kampus, antar desa dan sebagainya. Aduh panjang daftar masalahnya kalo ditulis. Lalu kenapa penyelesaiannya