Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

31 DESEMBER

Umur 27 tahun saya datang ke Jakarta, tepatnya 1 Desember 1995. Waktu itu Jakarta benar-benar "the city dream". Kendaraan sedikit, lalu lintas lancar dan nyari kerja sangat enak. Waktu itu tanggal 31 Desember 1995, saya habiskan waktu tengah malam ngeliat Jalan Thamrin riuh-rendah oleh pawai kendaraan yang menuju dan keluar Monas. Saya sempat ikut ngelihat Monas dari dekat. Sepertinya penduduk Jakarta "tumplek blek" di Monas waktu itu. Saya heran bin takjub melihat kemeriahan yang nggak pernah saya lihat seumur hidup. Perasaaan saya campur aduk nggak tahu harus senang atau sedih. 31 Desember 1996, saya habis dapet musibah, yaitu gaji satu bulan raib dari celana alias dicopet orang di kereta rel listrik Jakarta- Bogor. Nah malam tahun baru itu saya hanya nge-gitar di sudut kamar dengan tema-tema sedih: sepanjang malam sampe saya ngantuk dan tertidur sampe pagi. 31 Desember 1997 saya tidak lagi "turun ke jalan" namun ikutan rame-rame bakar ayam trus

TEMAN SEBANGKU

Tahun 2008 ini saya berhasil menemukan keberadaan teman sebangku saya waktu SD, SMP dan SMA. Di ketiga sekolah ini kita biasanya punya teman sebangku dan jarang berganti. Berbeda dengan di kuliahan. Teman sebangku saya waktu di SD (SD Inpres, SD Sukorejo I Blitar, Jatim) adalah Muhamad Bisri Mustafa. Dia saya "temukan" karena saya mengunjungi rumahnya di jalan Manggar Blitar. Ibunya ngasih tau kalo Bisri tinggal di Cikampek, Subang Jawa Barat. Saya ketemu dia di rumahnya bersama 2 anaknya dan dia bercerita selepas SMA di Blitar dia kuliah di FMIPA ITB dan kini kerja di pabrik Jepang di Balaraja. Bisri dan saya agak lama sebangku. Mulai kelas 4 dan 5. Dia anak pinter, adiknya guru ngaji saya, Mas Baweh. Rumah Bisri halamannya luas di Jalan Manggar Blitar sana. Saya masih inget kami bersaing dalam segala hal. Pernah dia dapet juara satu lomba menulis arab, saya juara duanya. Gantian saya juara satu lomba adzan dan Bisri juara duanya. Kami tak pernah saling contek wa

MENIKAH

Saya menikah tanggal 11 Juli 1999. 2008 ini berarti 9 tahun lewat sekian bulan usia pernikahan kami. Bagi saya menikah sama dengan cari teman. Abis saya tipe laki-laki introvert dan nggak suka rame-rame, bersosialisasi. Istri saya tipe rame dan ekstrovert, klop-kan? Bagi saya, istri saya adalah permata hati. Kedudukannya sedikit dibawah permata hati utama : ibu saya. Keduanya wanita yang saya kagumi. Dari ibu, lahir saya: anaknya. Dan dari istri saya lahir hehehe...anak-anak saya. Kenapa hehehe...karena anak saya kayaknya ogah nongol.Hehehe... Saya menikah saat 31 tahun dan istri 29 tahun; sama-sama hampir udzur.Hehehe... Awal-awal menikah memang ada sedikit perbedaan. Saya hasil didikan Kopral Samiari dari Yonif 511 Blitar jelas berkarakter "kolong". Dipertemukan dengan istri hasil didikan KH.Ibrahim Hasani yang orang spiritual, jelas agak nyocok-nyocokin. Doski orangnya (maap ya, say...) agak nggendabrus alias nggak disiplin. Naroh peniti, kunci atau apa aja p

PHK,TAWURAN DAN KORUPSI

SAYA termasuk manusia yang agak sibuk dengan pekerjaan. Senin ampe sabtu terus berkutat dengan pekerjaan. Jadi agak jarang nonton TV. Sekali buka kadang acara tawuran di Makasar, lalu pindah channel korban gusuran trantib menangis, dan sidang korupsi yang berlarut-larut. Berita terbaru di TV: PHK massal menghantui karyawan di Indonesia. Saya awali dengan tawuran di Makasar. Hampir tiap hari ada acara tawuran: apa nggak capek ya? Saya yang denger aja capek, lha yang sedang tawuran? Di Indonesia ada kota yang penduduknya kalem dan ada yang keras. Makasar termasuk salah satu yang berpenduduk dengan temperamen keras. Kondisi geografis yang dekat pantai yang membuat mereka begitu. Laut yang ganas membutuhkan tingkat adaptasi yang tangguh dan cenderung keras! Tapi bukankah masalahnya bukan di laut: menghadapi ombak dan badai namun justru di darat: penggusuran, tawuran antar kampus, antar desa dan sebagainya. Aduh panjang daftar masalahnya kalo ditulis. Lalu kenapa penyelesaiannya

SEKALI LAGI TENTANG IBU

PAGI tadi, Kamis, 27 November 2009, saya pergi ke kantor jam 08.00. Paling siang dibanding jam-jam berangkat saya sebelumnya. Rute tetep biasa, perempatan Kelapa Dua Cimanggis, Depok, Cijantung, Condet kalibata, Pengadegan, dan Auri. Begitu masuk Auri saya menyalip seorang ibu-ibu sedang bawa dua tas. Dia berjilbab. Perawakannya mirip ibu saya almarhum. Deg. Jantung saya berdetak lebih cepat. Tanggal 9 November 2009, tiga minggu yang lalu saya ditinggal ibu. Tapi baru hari ini hati saya tersentak demi melihat ibu-ibu tua berjalan bergegas. Entah sedang mengunjungi anaknya atau apa. Aduh senangnya dikunjungi ibu, pikir saya. Sama dengan ketika ibu tanggal 12 Oktober lalu mengunjungi saya anaknya. Wajah ibu tampak tidak secerah tahun-tahun lalu, walau berusaha nampak gembira begitu ketemu saya anaknya. Ibu adalah alamat dimana kita pulang. Waktu kecil, saya termasuk generasi anak mbok-mbok-en, alias nggak bisa jauh dari sosok ibu. Sampai usia 15 tahun saya nggak pernah jauh d

THAWAF

JANGAN dikira saya menulis ini gampang. Tidak. Menulisnya memang tinggal ngalirin kata di kepala aja, tetapi saya mesti uber-uberan dengan waktu. Di kantor buka jam 09.00 pas. Jadi saya nyampe kantor jam 08.30 atau 08.45 pagi. Praktis hanya 15 menit saya nulis. Istilah saya kegiatan nulis ini sebagai "sedekah", karena akan dibaca oleh banyak anak buah saya di field di seluruh Indonesia. Dan asal anda tahu begitu jam 09.00 datang, komputer udah lelet bin lemot alias susah diajak posting sebiji kata pun. Karena yang akses udah bejibun. Menurut Ari Ginanjar Agustian, Master ESQ Way, semua benda di jagad raya ini selalu berthawaf mengelilingi Gusti Allah. Ada keteraturan di semesta ini. Setelah direnung-renung, tampaknya saya berangkat kerja ke kantor pake motor lewat Cijantung, Kampung Gedong, Condet, Cililitan, Jambul, Kalibata, Pengadengan, Auri, masuk Mampang 8. lalu pulangnya kadang arah sebaliknya ato ambil rute Warung Jati Barat, Kampung Gedong, Cijantung lalu Ci

KEBANGSAAN

Saya lagi bosen ngeliat TV yang memperdebatkan iklan PKS yang nayangin tokoh nasional. Ilan PKS memang membuat banyak kontroversi. Di satu sisi orang PKS ngotot kalo itu hanya tayangan untuk mengingatkan kita kembali pada para pahlawan nasional. Tapi banyak pihak yang melihat itu sebagai akal bulus PKS untuk meraih simpati massa. Memang boleh saja, siapapun nayangin tokoh, dalam rangka kampanye. Tapi apa yang ditanyangin PKS cenderung 'menggunting' di tikungan. Itu yang membuat banyak pihak berang. Saya juga heran kenapa orang pinter banyak di PKS tapi membuat konsep iklan yang agak 'miring', begini. Jangan-jangan mereka sudah mentok ide untuk men-develop raihan simpati untuk Pemilu 2009. Iklan PKS itu banyak memunculkan polemik yang mungkin mereka pikir bisa mendongkrak popularitas, tapi saya kira itu langkah blunder dalam beriklan di ranah publik. Di Elshinta TV pernah ditayangin tokoh pengusaha batik Papua yang bicara tentang kegigihannya memproduksi batik

DAN KUDEKAP KEMATIAN ITU

"Wis koe turu-o Le, Ibu ate turu..." lalu kututup pintu kamar Ibu. Seperti biasa minggu (9/11/08) malam jam 19.45 aku menyiapkan makan malamku. Aku makan berdua istriku. Nasi kukaut, sayur kuambil dari mangkuk, dan telur dadar buatan istriku sudah kupotong separoh untukku dan untuk istriku. "Laillaha...., laillaha., !" Aku dan istriku berlari ke kamar. Kami dapati ibu tengah terengah-engah sambil berusaha mengeja kalimat Laillahaillallah. Dengan cepat saya dan istri membimbing dia dengan Lailahaillallah. Tiga kali. Begitu ibu sempurna melafadzkan kalimat suci itu, kudekap ibu sambil saya pegang dahinya, ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Inalillahi wa ina illahi rojiun.... Ibu pergi menemui sang khalik dengan damai. Empat jam kemudian, saya dan istri bersama 2 driver Yayasan Bunga Kamboja, sudah menyusuri tol Cikampek menuju kota kelahiran ibu, Banyuwangi, Jawa Timur. Jarak dari Jakarta kurang lebih 1.500 km kami tempuh dalam waktu 23 jam diseling solat su

TAKUT

Pagi tadi saya naik sepeda motor ke kantor dengan perasaan saya setting 'takut'. Setting -an ini saya sengaja agar saya menaiki sepeda motor agak pelan. Biasanya sih, agak jos! Yah, kayak anak muda geetoo...Hehehe. Ternyata dengan setting -an kendor bahkan nyaris tanpa emosi, perjalanan ke kantor jadi rileks, cool, dan menyenangkan. Dibalap c rosser-crosser jalanan, adem aja. Dibalap bapak-bapak tua kayak Casey Stoner, cool aja. Pokoknya asyik aja. Nggak tau kenapa, sekarang saya mulai takut ngebut. Takut tabrakan kali? Nggak enak kan, udah tua jatuh dari motor akibat tabrakan. Celakannya lagi gara-gara ngebut. Ih, jorok, udah tua masih aja ngebut. Ya gitu deh. Saya sekarang akan belajar naik motor dengan setting-an kalem. Karena mulai ada takutnya. Hehehe. Tapi dibalik kekaleman tadi saya nemu ketenangan dan kenikmatan. Lha, wong jalan yang dilewati tiap hari sama, mosok kita pake motornya dengan kesetanan dan ngamuk ama jalan. Nggak logis! Dimana gurihnya

PEMUDA PENJUAL ROTI

SEBAGAI suami, tugas harianku di rumah adalah membuang sampah tiap bakda isya. Itu biasa kulakukan disamping membantu meringankan tugas istri juga agar malam hari rumah kami nggak kemasukan tikus. Kebayang dong, kalo ada sisa sampah numpuk di dapur malam-malam. Pasti "Si Tio" ini akan pesta pora bareng geng-nya semalam suntuk. Itu sebabnya, biar gerimis, biar penat, biar apa aja pasti kusempatkan diri untuk buang sampah. Lagian lokasinya nggak jauh dari rumahku. Paling 10 meter di muka rumah. Minggu malam ( 2/11/08) kemarin, selepas bakda isya biasa aku buang sampah. Takl seperti biasa di situ ada anak muda penjual roti keliling lagi asyik mbenerin letak mantel plastiknya. Tuh mantel bukan mantel kali, tapi lebih pas disebut plastik tipis warna putih transparan yang anda semua pasti tahulah, itu biasa dipake untuk buntel krupuk. Tapi untuk "calon entrepreneur" ini, plastik tsb dipake untuk fungsi mantel. Padahal jelas dia bukan krupuk, kan? Hehehe... Sam

PATUH ITU DASYAT

DULU orang yang hidupnya patuh itu bisa jadi jendral. Mengapa? Itu ganjaran buat orang yang mau bersabar menunggu kemuliaan datang. Dari ribuan perwira hanya akan muncul puluhan jendral. dan dari puluhan jendral hanya 1 yang jadi Pangab (panglima abri). Anda tentu masih ingat waktu SD. Banyak anak patuh biasanya pintar, dan jadi ketua kelas. Anak bandel, keset , dan susah diatur, biasanya tidak naik kelas. Atau jadi penguasa kelas, karena nggak naik-naik. Sekarang, kalau anda sedang bermotor di jalan : lihatlah mana yang patuh dan tidak. Pada orang patuh, kita ikut dibelakangnya dengan perasaan aman. Dia ng-rem, kita ikut ng-rem karena lampu rem dia nyala. Pada orang nggak patuh, sudah lampu rem nggak nyala, mendadak nge-rem, dan paling apes kalau mendadak dia memotong. Dan kita mau nyalip . Bangsa kita memang lagi apes, abis reformasi kepatuhan pada aturan mendekati titik nadir. Nggak jelas kenapa? Mungkin sebagian berpikir ngapain patuh apalagi tertib, kalo tertib malah

LAKI-LAKI & KEHORMATANNYA

MAAP kali ini saya ingin bicara tentang laki-laki. Yak, mirip acara TV Nasional Men's Corner. Dunia ini memang dihiasi oleh wanita tapi jelas dibangun oleh laki-laki. Peradaban lama hancur muncul setelahnya peradaban baru. Siapa yang ngancurin? Laki-laki. Siapa pula yang bangun kembali? jawabnya: laki-laki. So,keperkasaan laki-laki nggak sampe disitu. Borobudur konon dibangun lewat tangan ribuan laki-laki tanpa alas kaki apalagi safety helmet . Yerusalem hangus, yg menghangusin ya pasukan Sultan Saladdin saat berhadapan dalam Perang Salib. Masih banyak cerita tentang keheroikan laki-laki. Laki-laki ngumpul dengan laki-laki, apa yang dibicarain? Kerja, hobi atau wanita. Bagi laki-laki hidup seperti lautan yang harus disampani buihnya, harus dilayari ombaknya dan wajib dipancingi ikannya. Hidup laksana beradu cepat dengan waktu. 60 tahun bisa jadi sebentar bila dalam hiruk pikuk hidupnya, laki-laki banyak urusan. Mulai perut sampai dibawah perut. Saya saat umur 20-an

IBU

KITA SEMUA pasti punya Ibu. Banyak cerita anaknya tentang ibu. Kali ini saya juga ingin bicara tentang ibu. Ibu saya seminggu ini mengunjungi saya, anaknya. Dari kampung ibu naik mobil bareng tetangga-tetangganya yang jual nasi di dekat Pasar Gembong Balaraja, Banten. Singkat cerita ibu saya jemput, dan saya bawa ke rumah saya di Cimanggis DEPOK. Kunjungan ibu ini adalah kali ketiga beliau ke rumah saya. Karena saya kerjanya full dari senin sampai sabtu, baru hari minggu saja saya bisa bawa ibu, bareng istri, jalan-jalan. Lokasi pertama kunjungan ke Mesjid Kubah Emas Cinere DEPOK. Di sepanjang perjalanan kami berkisah tentang hal-hal yang menyenagkan hati beliau. Tak terasa sudah sampai di pintu masuk Mesjid. Jarak 15 km dari Cimanggis tak membuat kami capek, namun demi membuat fresh, rombongan kami istirahat dulu di pavilyun sebelah Mesjid. Karena hari Minggu, pengunjungnya banyak, bis-bis datang dari Cianjur, Sukabumi, bahkan dari Surabaya. Cerita tentang kubah "ema

SYUKUR

Banyak cara dilakukan orang untuk bersyukur. Pergi bekerja dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim dan pulang dari kantor pun berucap Alhamdulillah, bisa dilbiang bersyukur. Dulu waktu masih jadi karyawan Matahari Dept. Store JP2, sebagai supervisor yang boleh dibilang "kritis", banyak pramuniaga ngajak saya protes ke manajemen agar beberapa hak karyawan disetujui. Saya menolak bergabung. Alasannya: bagi saya kalo gaji kurang, nggak usah demo ke yang punya perusahaan. Apalagi memprovokasi teman. Bagi saya, demo bagusnya ke Allah: kenapa kita dapet sedikit. Padahal yang dilakukan banyak. Itu yang membedakan saya dengan banyak pendemo. Saya dianggap "gendheng". Hehehe.... Iya dong. Kan yang punya rejeki Allah, bukan James T. Riyadi. Dia kan kebagian mbagi aja, so nggak lucu kita protes ke manusia, langsung aja demo ke yang bikin manusia. Dia Maha Adil, Dia Maha Bijaksana juga Maha Bijaksini. Tadi temen saya Pak Azwir cerita, kalo dia hari minggu suka ngajak

BUANG STRESS ATAU BERBAGI

SAYA biasanya pengen nulis kalo memang pengen. Nggak pengen, ya nggak nulis. Karena kalo nggak pengen lalu nulis, wah, tulisan jadi aneh. Lucunya style nulis saya nggak pake outline, alias apa yang muncul di kepala ya ditulis. Dengan begitu saya nggak susah buat tulisan. Ngalir aja kayak got. Hehehehe... Setelah nulis di blog ini, kepala saya jadi agak ringan, kayak habis di pijitin. Begitulah sodara, aktivitas nulis jadi kayak pergi ke tukang pijet. Gurih, kan? Lagi pula kadang saya merasa "tua" lalu pengen berbagi pengalaman pada pembaca setia blog saya. Ini yang agak rumit. Wajah saya kata istri ,sudah mulai menua, tapi semangat nulis kayak anak 20-an. Iya. Energi nulis kadang meluap-luap kayak Kali Brantas di Blitar yang bikin banjir. Membanjiri kepala saya dan akhirnya sampai di depan sodara-sodara. Waktu kecil saya gemar baca buku. Buku apa saja saya lahap habis. Tiap Sabtu saya pasti pinjem antara 2-3 buku untuk "makanan" saya di hari ming

WAJAH KITA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. RUMAH KITA adalah wajah spritual kita. Bagaimana anda membangun rumah anda, itulah wajah anda. Boleh jadi model bangunannya rancangan arsitek tertentu, tapi itu tetap mencerminkan wajah kita. Bentuk rumah boleh anggun, tapi kalo pemiliknya hanya menerima 'tamu-tamu' yang anggun-anggun juga maka dapat dipastikan dia tidak menerima golongan yang nggak anggun. Alias pilih-pilih wajah. Hidup ini bukan hanya apa yang anda pikirkan, tetapi juga apa yang saya pikirkan, mereka pikirkan dan yang juga tidak kita pikirkan berjamaah. Oleh karena itu wajar bila kebenaran hanya milik Allah. Bukan milik saya, anda dan mereka. Menurut anda wajah rumah anda yang paling yahud, disisi lain saya akan mengatakan hal serupa. Belum lagi yang lain. Jadi mari kita bersama melukisi dunia dengan aneka wajah yang indah. Yah. Hidup kita adalah wajah kita yang kita lukisi, kita cat-i, kita gores-i, dan kita nikmat-i bentuknya hingga saat ini. Maksud saya adalah wajah

SPG, MUDIK DAN REBUTAN

Gambar diatas adalah sekumpulan Sales Promotion Girl/Boy (SPG/B) yang bergaya di depan toko yang baru buka di salah satu pusat perbelanjaan di Medan Sumatera Utara. Wajahnya jelas sumringah menyiratkan semangat dan optimisme mereka menghadapi sale ramadhan dan lebaran. Kunjungan saya ke Medan salah satunya adalah memanage toko exist dan toko yang baru buka dan bazar. Lokasi toko kami masuk dalam trafic yang padat pengunjung sehingga dalam waktu singkat berhasil menarik pengunjung belanja di situ. Secara pribadi saya adalah pengagum SPG/B sejak lama. Dulu waktu masih sebagai karyawan Matahari Department Store Jakarta, saya punya banyak anak buah pramuniaga dan mengelola SPG/B. Iseng-iseng saya cerita ke sahabat saya, kalo nggak keburu kawin mungkin istri saya adalah seorang pramuniaga atau SPG karena saking seringnya bertemu, trisno jalaran soko nggelibet. Heehehe... Ini serius, saudara! Dunia SPG adalah dunia wanita. 90 % mereka adalah wanita. Saya 3 tahun mengenal mereka baik pikir

BELANJA

BELANJA. Pokoknya belanja, titik. Itulah ritual tahunan bangsa Indonesia mendekati Hari-H Lebaran. Gambar diatas diambil sekitar tgl 19 September 2008 di Plaza Medan Fair Medan, Sumatera Utara malam hari. Terlihat kerumunan orang belanja. Di Jakarta apalagi. Termasuk di kota-kota kecil di seluruh penjuru tanah air. Semua mall atau pusat perbelanjaan kota kecil atawa besar sedang giat memanjakan konsumen untuk berbelanja. Tua muda, laki-bini, kecil besar semua tumplek blek belanja. Apa aja yang dijual pedagang diserbu pembeli. Target sales semua pedagang tampaknya akan tercapai memasuki bulan ramadhan ini. Agak berbeda dengan saya. saya belum 'belanja' apapun itu. Alasannya sederhana, saya nggak butuh barang baru! baju masih banyak, celana masih antre untuk saya pake. Jadi ngapain belanja. Istri kemaren cerita kalo dia di Jakarta juga lagi tutup rapet dompet agar tidak belanja. Untuk tambahan naik haji, pah, begitu timpalnya. Ya udah, selamat malam bapak-ibu pedagang!!! Untun

BINJAI 1/2 LIMA

TANGGAL 18 September 2008 adalah hari ke 13 saya di Medan. Siang tadi bareng Pak Viki Firdaus (IT) Ferry International Fashion, saya pergi kunjungan ke Binjai, kota 1/2 jam perjalanan dari Medan. Kalo anda belum pernah ke Binjai, bayangkan Binjai mirip kota Bangil di Jatim atau mungkin Sumedang di Jawa Barat. Binjai penghasil duku yg terkenal tapi tadi nggak ada duku tuh. Adanya semangka yang lonjong dan besar. Jalan kesana mungkin 25 km dari Medan dan relatip lancar. Masih belum bisa bayangin Binjai? Ya udah pikirkan tentang Mardi Lestari, atlit lari 100 meter putra dulu di era 90-an. Sampai di Binjai Super Mall, disitu ada Matahari Dept Store, Hypermart, kami turun dan mulai bekerja. Mall ini tampak baru dan cantik. Nama besar Matahari jadi jaminan larisanya bisnis sektor ritel di Binjai Super Mall. Daya tarik Binjai mungkin dari sektor perkebunan yang menjanjikan sehingga peritel sekelas Matahari berani investasi miliaran rupiah di sini. Habis bekerja saya pergi ke sebelah mall

MEDAN

ADA seorang teman cerita, kalo ke Medan naik bis. lalu kita tak tahu udah sampe atao belum. Ngetesnya cuman keluarin tangan kita. kalo arloji ditangan kita raib, berarti sudah sampe Medan. Agak serem kedengarannya. Tapi perjalanan muhibah atas biaya dinas ini jauh dari cerita diatas. Saya pergi dari Jakarta tujuan Medan pake maskapai termurah di Indonesia Lion Air. Pesawat Airbus 737-900 ini mampu mengangkut sekitar 250 penumpang sekaligus tanpa merasa keberatan. Padahal di lambung pesawat masih dijejali dengan air cargo paling tidak lebih dari 2 ton. 2 jam di perjalanan tampak Medan indah dari udara. Kami landing pukul 15.30 wib dengan mulus. Walau para sopir taksi tampak hampir mirip dengan bandara Soetta, saya pake taksi bandara dengan tarif di tiket (nggak pake argo) Rp 45.000 tujuan carefour atau Medan Fair. Tau kalo tujuan agak jauh lagi. Sopirnya agak kasar ngganti gigi 1 ke gigi 2. Tapi over all sampailah kami di Medan Fair. Yang agak mengejutkan adalah di lantai 5 yg juga di

JALAN SUNYI

LIFE begins fourthy. Hidup dimulai dari umur 40. Pas benar jalan sunyi yang dipilih oleh Gede Prama yang kita kenal sebagai Sang Penutur Kejernihan. Hidup yang hiruk pikuk membuat dia berkompromi dengan keadaan, pergilah ia ke Tajun, sebuah desa di Bali Utara. Jangan tanya saya, bagaimana repot dan perang batin yang dihadapi Gede saat berencana akan pindah dari metropolitan Jakarta ke desa kecil. Kemapanan kadang menyilaukan istri dan anak-anak kita. Mereka adalah penumpang di biduk kehidupan kita. Tapi warna hidup yang kita pilih banyak dipengaruhi oleh kompromi dengan mereka. Jalan kompromi kadang bukan jalan ideal tapi harus ditempuh. Ini yang membuat kehidupan laki-laki menjadi lebih beradab. Lebih manusiawi. Saya mulai mengerti mengapa dulu para kiai mendirikan pesantren di pelosok desa, bahkan di tepi gunung. Barangkali jalan sunyi juga yang ditempuh sehingga metode pengajaran yang diberikan para kiai kepada para santrinya lebih jernih, dan membumi. Terbayang b

RINDU

TAHUN INI adalah ramadhan yang agak berat. Kantorku yang baru tidak memberlakukan jam pulang cepat tapi jam pulang normal jam 17.00 wib. Akibatnya aku sering berbuka puasa di kantor atau di jalan. Nggak papa sih, tapi jadwal tarawihku yang tahun sebelum-sebelumnya bagus hampir 90% dilakukan di mesjid. Sekarang tarawih serba darurat. Malah kadang nggak tarawih saking capeknya. Ini yang aku sebut ramadhan tahun ini agak berat. Belum lagi kantor nugasin aku ke Medan (Sumut) sejak 10 hingga 30 September 2008. Walah. Target mendapatkan waktu untuk sholat di mesjid selama malam-malam ganjil agak berantakan. Tahun lalu aku selalu sukses sapu bersih untuk iktikaf di mesjid komplek. Kadang bahkan sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan. Entah untuk tahun ini. Puasa hari pertama udah ngemut permen, 5 hari pertama sudah 2 malam tidak tarawih, entah apa lagi kejadian yang kudapat selama ramadhan tahun ini. Ya Allah, aku hanya menjalani semua petunjuk dan takdirMU. Bila engkau lapang

RAMADHAN 1.9.08

Hari ini adalah hari pertama ramadhan 2008. Seperti biasa kekonyolan saya mulai terjadi. Waktu yampe kantor jam 7.30 pagi, abis nolong ngangkat merchandisenya Pak Syahril Kamis, driver paling senior di tempat kerja, saya langsung ngerasa haus. Hari-hari biasa, di mejaku selalu tersedia permen rasa kopi, favoritku. Ya udah, demi melihat permen favorit, langsung kupas............dan: masuk. Semenit, dua menit, tiga menit. Astagfirullah! Bukankah ini puasa! Buru-buru kukeluarkan permen itu. Walah, baru juga hari pertama puasa, udah blunder. Ya Allah maafkan hambaMU yang khilaf ini. Malam tadi sih aku bareng istri udah setting bener. Pergi tarawih berdua di Mesjid Al-Muqqarabin di Perumahan Bukit Cengkeh 2 Cimanggis DEPOK. Sound di mesjid ini cakep, lantai 1 untuk ibu-ibu dan lantai dua khusus-on bapak-bapak. Haji Daryono (pengusaha reklame) meminjamkan handycam dipasang di lantai 2 sehingga gerakan imam dan pemberi tausyiah dapat real time di lihat oleh jemaah ibu-ibu di ba

CANTIK

Buatlah metafora dari cantik. Bulan yang bersinar indah, gunung yang tegak dan kokoh atau mobil yang bergerak dengan anggun. Penyair tak pernah kering menggali kecantikan, arsitek tak pernah bosan bereksperimen dengan struktur atau profesional tak pernah berhenti mengukir sales yang menjulang. Kita semua memuji kecantikan. Walau dibalik kecantikan selalu ada ketidaksempurnaan. Sama halnya ketidaksempurnaan dibaliknya muncul keindahan. Wanita cantik sering ditaksir cowok2 cakep, juga cowok yang tidak cakep. Tapi banyak cerita setelah wanita cantik berhasil di dapat, yang dirasa ada yang tidak cantik yang muncul belakangan. Akhirnya kisah roman seperti tak kunjung berhenti. Ayahku, selama kami berinteraksi tak pernah menyebut cantik lawan dari jelek, tapi apapun disebutnya dengan kesyukuran. Cantik tak pernah punya arti tanpa memakai kecantikannya untuk tujuan suci. Islam hampir tak mencatat kecantikan fisik, betapapun semua manusia adalah cantik di mata Allah. Cantik me